Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kerusuhan di Washington, Pebisnis AS Sarankan Trump Diturunkan dari Jabatan

Asosiasi Produsen Nasional mengatakan Wakil Presiden Mike Pence harus secara serius mempertimbangkan kabinet untuk memecat presiden dari jabatannya segera.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara dari dalam kamar perawatanya di rumah sakit militer di luar Washington./Antara-Reuters
Presiden Amerika Serikat Donald Trump berbicara dari dalam kamar perawatanya di rumah sakit militer di luar Washington./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Para pemimpin bisnis Amerika Serikat mengecam Donald Trump karena mempengaruhi para pendukungnya untuk mengepung gedung Capitol.

Asosiasi Produsen Nasional mengatakan Wakil Presiden Mike Pence harus secara serius mempertimbangkan kabinet untuk memecat presiden dari jabatannya segera.

Jay Timmons, kepala kelompok lobi yang mendukung banyak inisiatif Trump, mengemukakan peluang diterapkannya Amandemen ke-25 Konstitusi AS untuk mempersingkat masa jabatan Trump jelang pelantikan Joe Biden pada 20 Januari mendatang.

Amandemen ke-25 AS menguraikan proses di mana seorang presiden "yang tidak dapat menjalankan kekuasaan dan tugas dari jabatannya" dapat dicopot dan digantikan oleh wakil presiden.

"Ini bukan hukum dan ketertiban. Ini kekacauan. Ini adalah aturan massa. Ini berbahaya. Ini hasutan dan harus diperlakukan seperti itu," kata Timmons dalam sebuah pernyataan, dilansir Bloomberg, Kamis (7/1/2021).

Kelompok dan pemimpin bisnis lain mengutuk kerusuhan itu, ketika penegak hukum kembali dapat mengendalikan Capitol pada Rabu malam.

Chief Executive Officer JPMorgan Chase & Co. Jamie Dimon menyerukan agar kekerasan di Capitol diakhiri. Meskipun tidak menyebut Trump, dia mengatakan bahwa para pemimpin terpilih memiliki tanggung jawab untuk menyerukan diakhirinya kekerasan, menerima hasil pemilu dan mendukung transisi kekuasaan secara damai.

Selaras dengan itu, Larry Fink, CEO BlackRock Inc., juga mengecam kekerasan di Capitol.

"Pengalihan kekuasaan secara damai adalah dasar dari demokrasi kita. Kami adalah diri kami sebagai bangsa karena lembaga dan proses demokrasi kami," kata Fink dalam sebuah pernyataan.

CEO Wells Fargo & Co. Charles Scharf mendesak segera diakhirinya kekerasan ini. Dia mengatakan AS harus memulai transisi kekuasaan secara damai yang menjadi ciri negara adidaya itu sebelumnya.

Pemimpin bisnis lain yang mengecam aksi kekerasan di Washington termasuk dua CEO yang berbasis di Michigan yakni Mary Barra dari General Motors Co dan Jim Fitterling dari Dow Inc.

Barra, yang biasanya menghindar untuk mengomentari masalah politik, mengatakan di akun twitter-nya bahwa kekerasan di Capitol AS tidak mencerminkan AS sebagai sebuah bangsa.

Dalam pernyataan bersama, Pimpinan Eksekutif Ford Motor Co, Bill Ford dan Jim Farley, kepala eksekutif perusahaan, mengutuk tindakan merusak yang bertentangan dengan prinsip dan keyakinan bersama.

Adapun Business Roundtable, kelompok lobi untuk kepala eksekutif puncak, meminta Trump dan semua pejabat terkait untuk mengakhiri kekacauan dan memfasilitasi transisi kekuasaan secara damai.

"Kekacauan yang terjadi di ibu kota negara adalah hasil dari upaya melanggar hukum untuk membatalkan hasil pemilu demokratis yang sah. Negara ini layak mendapatkan yang lebih baik," kata kelompok itu.

Tom Donohue, CEO Kamar Dagang AS, mengatakan Kongres harus berkumpul lagi malam ini untuk menyimpulkan tanggung jawab Konstitusional mereka untuk menerima laporan dari Electoral College.

Beberapa jam setelah pendukung Trump masuk ke Capitol, presiden memposting video pendek di Twitter yang memuji tindakan tersebut sebagai dukungan atas klaim kecurangan yang diserukannya. Namun, Trump meminta pendukungnya untuk bubar.

Sementara itu Wapres Pence mengatakan di twitter bahwa kekerasan dan kehancuran yang terjadi di Capitol harus segera dihentikan. Twitter kemudian mengatakan akan mengunci akun Trump selama 12 jam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper