Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Perparah Gelombang Utang Keempat Dunia, Rasio Utang Pecah Rekor

Menurut laporan Global Economic Prospects yang terbit 5 Januari 2021, dengan peningkatan terbesar, tercepat, dan terluas dalam lima dekade, utang global telah mencapai rekor tertinggi 230 persen dari PDB pada 2019. Sedangkan utang pemerintah mencapai rekor 83 persen dari PDB.
Para petinggi negara di sela-sela menghadiri KTT G20, di Osaka, Jepang, Jumat (28/6/2019)./Istimewa
Para petinggi negara di sela-sela menghadiri KTT G20, di Osaka, Jepang, Jumat (28/6/2019)./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Pandemi Covid-19 menimbulkan dampak yang belum pernah terjadi sebelumnya pada keuangan dunia. Bahkan sebelum pandemi, gelombang keempat akumulasi utang global sedang berlangsung sejak 2010.

Menurut laporan Global Economic Prospects oleh Bank Dunia yang terbit 5 Januari 2021, dengan peningkatan terbesar, tercepat, dan terluas dalam lima dekade, utang global telah mencapai rekor tertinggi 230 persen dari PDB pada 2019. Sedangkan utang pemerintah mencapai rekor 83 persen dari PDB.

Di negara ekonomi pasar berkembang, total utang telah mencapai 176 persen dari PDB, dipimpin oleh utang swasta yang naik hingga 123 persen dari PDB. Peningkatan ini terutama didorong oleh China.

Gelombang ini didahului oleh tiga gelombang utang sebelumnya sejak 1970-an, yang semuanya berakhir dengan krisis keuangan yang meluas. Gelombang utang global pertama terjadi pada 1970-an dan 1980-an, dengan pinjaman oleh pemerintah di Amerika Latin dan di negara-negara berpenghasilan rendah, khususnya di Sub Sahara Afrika. Gelombang ini mengawali serangkaian krisis keuangan di awal 1980-an.

Gelombang kedua berlangsung dari 1990 hingga awal 2000-an ketika bank dan perusahaan di Asia Timur dan Pasifik serta pemerintah di Eropa dan Asia Tengah meminjam dalam jumlah besar, dan berakhir dengan serangkaian krisis di kawasan ini pada 1997-2001.

Gelombang ketiga adalah peningkatan pinjaman sektor swasta di Eropa dan Asia Tengah (serta di negara-negara maju), yang berakhir ketika krisis keuangan global mengganggu pembiayaan bank pada 2007-2009 dan menyebabkan banyak negara mengalami resesi yang tajam.

Gelombang keempat utang memiliki beberapa kesamaan dengan tiga gelombang sebelumnya yakni suku bunga rendah dan munculnya instrumen keuangan baru atau pelaku pasar keuangan.

"Yang menjadi perhatian khusus adalah bahwa gelombang keempat telah mengiringi periode investasi lemah yang berkepanjangan dan pertumbuhan yang melambat meskipun utang melonjak," tulis Bank Dunia dalam laporannya, dikutip Rabu (6/1/2021).

Dalam hal lain, gelombang keempat berbeda dari sebelumnya, yakni kerangka kebijakan lebih kuat di beberapa negara ekonomi pasar berkembang dan utang di negara maju secara umum landai.

Kini pandemi telah membuat gelombang keempat utang menjadi lebih berbahaya dengan meningkatnya risiko. Besarnya dan kecepatan penumpukan utang mempertinggi risiko bahwa tidak semuanya akan digunakan untuk tujuan produktif.

Saat ini akomodasi kebijakan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya telah menenangkan pasar keuangan, mengurangi biaya pinjaman, dan mendukung pemberian kredit.

Namun, di tengah gangguan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi, suku bunga global yang secara historis rendah dapat menyembunyikan masalah solvabilitas yang akan muncul dalam episode tekanan finansial atau arus keluar modal berikutnya.

Selain itu, langkah kebijakan baru-baru ini dapat mengikis beberapa perbaikan yang telah terjadi di negara pasar berkembang dalam kerangka kebijakan moneter, keuangan dan fiskal, dan kredibilitas bank sentral.

Di antara negara-negara berkembang, total utang telah meningkat sekitar 7 poin persentase dari PDB setiap tahun sebelum krisis. Tahun lalu utang pemerintah sendiri diperkirakan akan meningkat sebesar 9 poin persentase dari PDB, sementara utang perusahaan juga cenderung meningkat tajam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper