Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PMI Desember 2020 Naik, Ini Respons Menteri Perindustrian

Kementerian Perindustrian mengapresiasi pelaku industri nasional karena berhasil menaikkan Purchasing Manager's Index (PMI) ke level 51,3. Angka tersebut membuat rata-rata PMI kuartal IV/2020 menjadi 49,9 atau yang tertinggi sepanjang 2020.
Aktivitas produksi di pabrik Fujisei Metal Indonesia. /Instalgram
Aktivitas produksi di pabrik Fujisei Metal Indonesia. /Instalgram

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian mengapresiasi pelaku industri nasional karena berhasil menaikkan Purchasing Manager's Index (PMI) ke level 51,3. Angka tersebut membuat rata-rata PMI kuartal IV/2020 menjadi 49,9 atau yang tertinggi sepanjang 2020.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan sektor manufaktur nasional memiliki modal yang cukup kuat untuk memasuki masa pemulihan. Ia optimistis seluruh rangkaian strategi dan kebijakan yang telah dilakukan mampu memanfaatkan peluang pemulihan 2021.

“Ini capaian yang luar biasa, saya berterima kasih kepada para pelaku industri yang tetap berusaha semaksimal mungkin mengoptimalkan sumber daya di tengah keterbatasan. Hal ini juga menunjukkan bahwa langkah-langkah kebijakan Kementerian Perindustrian mampu mendorong hal ini,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (4/1/2021).

Walaupun 2020 ditutup dengan angka PMI di level 51,3, rata-rata PMI pada 2020 merupakan yang terendah sejak 2014 atau sebesar 44,54 indeks poin. Adapun, rata-rata PMI tertinggi terjadi pada 2018 atau sebesar 50,9 poin.

Walakin, Agus optimistis ada beberapa indikator yang dapat pemulihan sektor manufaktur terjadi pada 2021. Agus menyebutkan setidaknya dua indikator, yakni tren perbaikan sejak kuartal II/2020 dan perbaikan keyakinan konsumen.

Agus menilai perbaikan keyakinan konsumen untuk berbelanja akan merangsang peningkatan produksi di pabrikan. Menurutnya, ada tiga subsektor manufaktur yang dapat menikmati akselerasi pertumbuhan, yaitu industri makanan, minuman, serta kertas dan barang dari kertas.

Selain itu, Agus menyatakan, pihaknya akan memberikan perhatian khusus pada beberapa sektor manufaktur, seperti industri farmasi, produk obat, kimia, obat tradisional, bahan kimia, barang dari bahan kimia, logam dasar, dan makanan. Pada 2021, Agus meyakini seluruh subsektor manufaktur dapat tumbuh positif dibandingkan 2020.

“Dengan asumsi pandemi sudah bisa dikendalikan dan aktivitas ekonomi sudah bisa kembali pulih, kami memproyeksikan pertumbuhan industri manufaktur pada 2021 akan tumbuh 3,95%,” katanya.

Optimisme tersebut sejalan dengan investasi pada industri pengolahan nonmigas yang masih tumbuh positif. Pasalnya, kendati pertumbuhan PDB diproyeksikan terkontraksi 2,22% pada 2020, nilai investasinya justru meningkat dan berpotensi melonjak tahun ini.

Sepanjang 2020, nilai investasi industri pengolahan nonmigas diperkirakan mencapai Rp265,28 triliun atau naik 24,48% dari realisasi investasi pada 2019 senilai Rp213,11 triliun. Pada tahun ini, investasi diproyeksikan naik 21,97% menjadi Rp323,56 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper