Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS: Nilai Tukar Petani Desember 2020 Naik 0,37 Persen

BPS mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) Desember 2020 meningkat sebesar 0,37 persen kendati tidak diiringi dengan tren positif untuk seluruh sektor.
Petani menabur pupuk pada tanaman padi di Aceh Besar, Aceh, Selasa (11/8/2020). /ANTARA
Petani menabur pupuk pada tanaman padi di Aceh Besar, Aceh, Selasa (11/8/2020). /ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) Desember 2020 meningkat sebesar 0,37 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kenaikan terjadi setelah indeks yang diterima petani naik 0,82 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani hanya naik 0,44 persen.

Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan kenaikan NTP secara keseluruhan tidak diiringi dengan tren positif untuk seluruh sektor. Di sektor tanaman pangan, indeks yang diterima petani turun 0,05 persen, sedangkan indeks yang dibayar naik 0,49 persen.

"Indeks yang diterima untuk tanaman pangan turun 0,05 persen sedangkan yang indeks yang dibayarkan untuk tanaman pangan naik 0,49 persen, sehingga secara keseluruhan mengalami perubahan -054 persen," ujar Setianto dalam konferensi pers secara virutal, Senin (4/1/2021).

Adapun, komoditas yang mendominasi penurunan indeks tanaman pangan, di antaranya gabah, ketela pohon, dan ketela rambat.

Kendati demikian, penurunan yang dialami oleh sektor tanaman pangan tidak diikui oleh sektor lain. Untuk tanaman hortikultura, BPS mengumumkan terjadi kenaikan sebesar 1,01 persen. Indeks yang diterima petani di sektor tersebut sebesar 1,34 persen, sedangkan indeks yang dibayarkan hanya 0,33 persen. 

Komoditas yang memengaruhi kenaikan indeks yang diterima petani hortikultura adalah cabe rawit, cabe merah, tomat, kol, kubis wartel, kentang, jeruk, ketimun, terong, dan cabe hijau. Sementara komoditas yang menghambat indeks yang diterima petani adalah bawang merah, bawang daun, salak, apel, mangga, labu siam, sawi putih, pisang, dan alpukat.

Kenaikan juga dialami untuk sektor perkebunan rakyat yang meningkat 1,63 persen. Indeks yang diterima petani perkebunan rakyat sebesar 2,10 persen, sedangkan indeks yang dibayarkan hanya 0,45 persen.

Komoditasnya yang memengaruhi kenaikan indeks yang diterima petani, antara lain; kelapa sawit, karet, cengkeh, kakao, kelapa, pala biji, lada, merica, tebu, pinang, dan kemiri. Sementara komoditas yang menjadi penghambat di antaranya kopi, teh, dan jambu mete.

Sektor peternakan juga ikut mengalami kenaikan pada Desember 2020. Nilai tukar peternak mengalami kenaikan setelah indeks yang diterima sebesar 0,79 persen, sedangkan indeks yang dibayarkan hanya 0,38 persen.

"Untuk peternakan, komoditas yang memengaruhi kenaikan adalah ayam ras pedaging, telur ayam ras, ayam kampung, sapi perah, kerbau, ayam telur, itik, dan bebek. Sementara yang menghambat adalah sapi potong dan kambing," ujar Setianto.

Selanjutnya, tren positif juga dialami oleh sektor perikanan yang meningkat 0,86 persen dengan kenaikan indeks yang diterima petani sebesar 1,13 persen, sedangkan yang dibayarkan hanya 0,2 persen.

Adapun, komoditas yang memengaruhi indeks yang diterima nelayan adalah ikan bandeng, tongkol, cakalang, teri, cumi, dan kembung. Sementara komoditas yang menghambat adalah rumput laut dan lais.

Setianto melanjutkan, untuk nilai tukar nelayan mengalami kenaikan 1,03 persen. Indeks yang diterima nelayan sebesar 1,29 persen, sedangkan indeks yang dibayarkan hanya 0,26 persen.

Untuk komoditas yang memengaruhi kenaikan terdiri atas tongkol, cakalang, teri, cumi, ikan kembung, ikan layang, kakap, selar, dan rajungan. Sementara yang menghambat kenaikan indeks adalah lais, selanget, dan patin.

Untuk subsektor pembudidaya ikan atau nilai tukan pembudidaya ikan (NTPI), juga mengalami kenaikan sebesar 0,58 persen. Indeks yang diterima tercatat sebesar 0,89 persen dan yang dibayarkan hanya 0,30 persen.

Untuk komoditasnya yang memengaruhi kenaikan, antara lain; bandeng payau, ikan mas, nila tawar, lele tawar, gurami, patin tawar, udang payau, dan kerapu payau. Sementara untuk yang menghambat adalah rumput laut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper