Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Gula Mentah Global Naik, Indonesia Harus Siap-siap

Adanya ancaman penurunan produksi di sejumlah negara produsen utama gula dunia, membuat harga komoditas itu berpeluang melanjutkan kenaikkannya pada tahun depan.
Salah satu pedagang gula dipasar tradisional sedang mengemasi gula pasir untuk dijual kembali / Arief Rahman
Salah satu pedagang gula dipasar tradisional sedang mengemasi gula pasir untuk dijual kembali / Arief Rahman

Bisnis.com, JAKARTA – Harga gula mentah alias raw sugar secara global diprediksi akan terus melonjak dan bahkan bisa mengalami kenaikan tertingginya secara tahunan selama empat tahun terakhir.

Seperti dilansir dari Bloomberg, Jumat (1/1/2020) kenaikan harga gula mentah secara global itu didorong oleh meningkatnya permintaan di berbagai belahan dunia dan menurunnya pasokkan dari negara penghasil.

Dua negara pembeli gula mentah dengan jumlah tertinggi dunia yakni Indonesia dan China dilaporkan meningkatkan impor terhadap komoditas tersebut pada saat pasar juga bersaing dengan prospek panen yang lebih rendah.

Adapun, prospek penurunan produksi gula diprediksi akan terjadi di Thailand dan adanya kekhawatiran terjadinya cuaca kering di salah satu negara produsen utama yakni Brasil.

Di sisi lain para pelaku pasar juga akan terus memantau permintaan etanol domestik di Brasil. Permintaan etanol di Brasil dinilai akan menjadi faktor kunci dalam menentukan produksi gula nasional di negara itu pada tahun depan.

"Dengan permintaan yang tetap kuat di tengah pandemi Covid-19, harga gula akan tetap melanjutkan kenaikkanya," seperti dikutip dari Hightower Report yang berbasis di Chicago.

Adapun harga gula mentah berjangka untuk pengiriman Maret naik sebanyak 1,3 persen menjadi 15,48 sen per pon pada Kamis (31/12/2020) di bursa berjangka New York. Level harga itu menjadi yang tertinggi dalam sebulan terakhir.

Sementara itu pemerintah Indonesia tengah mengkaji kemungkinan untuk kembali mengimpor gula mentah guna memenuhi kebutuhan konsumsi pada 2021. Sejauh ini, volume impor sementara yang diusulkan mencapai 646.944 ton untuk memenuhi kebutuhan selama Januari-Mei 2021.

Berdasarkan dokumen yang diperoleh Bisnis, Selasa (22/12/2020), usulan volume impor ini mengemuka dalam rapat koordinasi teknis yang dilaksanakan pada 23 November 2020 oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Alokasi impor diberikan sebagai bagian dari pelaksanaan Permenperin No. 10/2017 tentang Fasilitas Memperoleh Bahan Baku dalam Rangka Pembangunan Industri Gula.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Musdhalifah Machmud tidak langsung menjawab ketika Bisnis mengonfirmasi hal ini.

Namun Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Abdul Rochim menjawab bahwa volume impor merupakan insentif bagi pabrik sesuai Permenperin No. 10/2017 yang besaran alokasinya mengacu pada neraca gula.

“[Usulan volume impor] berdasarkan neraca gula. Kekurangannya merupakan insentif sesuai Permenperin No. 10/2017. Volumenya sekitar tersebut dalam bentuk gula kristal putih,” kata Rochim saat dihubungi, Selasa (22/12/2020).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper