Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tiru Malaysia, Pemerintah Ingin Perbaikan Data Sawit

Pemerintah masih berupaya menyajikan perbaikan data tentang kelapa sawit guna menjadi rujukan pasar dunia seperti data yang umumnya dipakai sebagai sumber rujukan global saat ini yakni Malaysia.
Pekerja memanen kelapa sawit di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas
Pekerja memanen kelapa sawit di Desa Rangkasbitung Timur, Lebak, Banten, Selasa (22/9/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah masih berupaya menyajikan perbaikan data tentang kelapa sawit guna menjadi rujukan pasar dunia seperti data yang umumnya dipakai sebagai sumber rujukan global saat ini yakni Malaysia.

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan secara pasar saat Indonesia telah berhasil mengambil 55 persen pasar global sementara Malaysia yang sempat menduduki posisi pertama saat ini berada di porsi 28 persen.

Sementara banyak negara-negara mulai melakukan perluasan sawitnya, antara lain Kolombia dan Thailand dengan potensi peningkatannya yang akan terus ada bahkan kerap mengundang investasi dari Indonesia. Di Kolombia, sejumlah lahan ganja tengah dialihkan ke sawit.

"Saat ini setiap perkembangan data sawit pasti merujuk pada Malaysia karena data mereka update setiap harinya itu tantangan kita ke depan memperbaiki data sehingga kita juga bisa memberi info yang baik dan sebagai acuan global," katanya dalam webinar bertajuk Masa Depan Sawit Indonesia di Pasar Uni Eropa, Kamis (17/12/2020).

Musdhalifah mengemukakan dari asil rekonsiliasi tutupan kelapa sawit tahun lalu, luas lahan sawit 16,3 juta hektare serta pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit 8 persen per tahun dan ekspor 7 persen per tahun

Untuk itu, BPDP dan BPS nantinya memproduksi data perguliran hingga supply chain guna menyajikan data yang lebih baik pada pasar dunia.

Sisi lain, pentingnya perbaikan data sawit saat ini juga menimbang devisa utama Indonesia saat ini berasal dari komoditas tersebut. Secara tenaga kerja saat ini tercatat di hulu ada 6,9 juta petani dan hilir 16,2 juta.

"Pandemi ini terbukti tidak menjadi gangguan signifikan di perkebunan karena harga sekarang cenderung meningkat dan harga di tingkat petani yang terus kami berusaha jaga sebaik mungkin agar tidak merugikan mereka," ujar Musdhalifah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper