Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Konsumen China Turun Pertama Kalinya Sejak 2009

Inflasi dari harga konsumen telah menurun dalam beberapa bulan terakhir, sebagian besar karena penurunan harga daging babi, elemen utama pada indeks harga konsumen China.
Seorang pedagang nelayani pembeli daging babi di pasar Xinfadi di Beijing, China, pada 1 April 2020./Bloomberg/Gilles Sabrie
Seorang pedagang nelayani pembeli daging babi di pasar Xinfadi di Beijing, China, pada 1 April 2020./Bloomberg/Gilles Sabrie

Bisnis.com, JAKARTA - Harga konsumen China turun untuk pertama kalinya sejak 2009 atau lebih dari satu dekade, terseret pukulan terhadap harga daging babi setelah pasokan pulih dari wabah tahun lalu.

Dilansir Bloomberg, Rabu (9/12/2020), Biro Statistik Nasional mengatakan indeks harga konsumen turun 0,5 persen bulan lalu dari tahun sebelumnya, kontraksi pertama sejak Oktober 2009, menyusul kenaikan 0,5 persen pada Oktober. Perkiraan median dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom adalah 0 persen.

Sementara itu, deflasi pabrik mereda dengan indeks harga produsen turun 1,5 persen, dibandingkan dengan penurunan 2,1 persen pada Oktober. Perkiraan median untuk harga produsen adalah -1,8 persen.

Inflasi dari harga konsumen telah menurun dalam beberapa bulan terakhir, sebagian besar karena penurunan harga daging babi, elemen utama pada indeks harga konsumen China.

Harga makanan turun 2 persen pada November dari tahun lalu, sementara harga daging babi turun 12,5 persen.

Deflasi harga konsumen kemungkinan hanya akan terjadi sementara karena pemulihan ekonomi menguat. Ekspor China melonjak lebih dari 20 persen bulan lalu, sementara indeks manajer pembelian mencapai level tertinggi dalam tiga tahun.

Inflasi inti, yang menghilangkan harga pangan dan energi yang lebih tidak stabil, tidak berubah di 0,5 persen. Ekonom China International Capital Corp yang dipimpin oleh Huang Wenjing menulis dalam sebuah catatan bahwa inflasi inti akan terus meningkat seiring pemulihan mendapatkan momentum.

Dengan bank sentral mengisyaratkan akan menarik stimulus moneter, sepertinya angka CPI terbaru tidak akan memberikan dorongan untuk melonggarkan kebijakan. Namun, para ekonom mengatakan penurunan harga bisa berbahaya di tengah pemulihan jika konsumen dan bisnis menunda pembelian untuk mengantisipasi penurunan harga.

Xing Zhaopeng, ekonom pasar di Australia & New Zealand Banking Group di Shanghai, mengatakan deflasi konsumen tidak mungkin bertahan, mengingat harga minyak mentah yang lebih tinggi dan musim puncak perjalanan yang akan datang sebelum Tahun Baru.

"Peningkatan harga produsen secara luas menandakan risiko rendah deflasi pada 2021," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper