Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perjanjian Kerja Sama Proyek Rp29,6 Triliun Diteken Akhir 2020

Air Product akan bertindak sebagai penyedia teknologi dan investor dalam proyek senilai US$2,1 miliar atau setara dengan Rp29,6 triliun.
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Bisnis.com, JAKARTA — Perjanjian kerja sama proyek dimetil eter antara PT Bukit Asam Tbk., Air Product, dan PT Pertamina (Persero) dijadwalkan ditandatangani pada akhir tahun.

Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin menjelaskan bahwa dalam kerja sama tersebut ketiga pihak memiliki kewajibannya masing-masing. Emiten berkode saham PTBA itu akan bertindak sebagai pemasok batu bara, penyedia lahan pabrik di Tanjung Enim, dan infrastruktur.

Air Product akan bertindak sebagai penyedia teknologi dan investor dalam proyek senilai US$2,1 miliar tersebut atau setara dengan Rp29,6 trilun (kurs Rp14.100 per dolar AS), sedangkan PT Pertamina (Persero) akan bertindak sebagai pembeli (off-taker) dari produk DME yang dihasilkan dari pabrik itu.

"Kami sudah menyusun apabila berjalan lancar akhir tahun akan menandatangani perjanjian kerja sama dengan Pertamina dan Air Product. Kemudian diharapkan dengan segala proses pabrik ini akan beroperasi pada kuartal II/2024," katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Senin (7/12/2020).

Arviyan menegaskan bahwa dalam proyek tersebut PTBA dan Pertamina tidak akan mengeluarkan investasi sepeser pun karena sudah ditanggung seluruhnya oleh Air Product. Namun, PTBA dan Pertamina masih memiliki opsi untuk memiliki saham dalam proyek tersebut nantinya.

Dia menjelaskan bahwa PTBA dan Pertamina dapat membeli saham dalam proyek DME tersebut setelah satu tahun dari proyek tersebut mulai beroperasi dan menghasilkan produk DME.

"Punya opsi saham 40 persen. Porsi saham dibeli sesuai dengan investasi awal," ungkapnya.

Arviyan mengungkapkan bahwa penghiliran batu bara merupakan salah satu strategi untuk mencari pasar baru untuk produk batu bara. Pasalnya, pasar emas hitam itu diproyeksikan meredup dalam beberapa tahun ke depan.

Dia menuturkan bahwa sejumlah pasar batu bara telah menyatakan komitmennya untuk mengurangi penggunaan batu bara salah satunya adalah China yang menyatakan untuk berhenti mengoperasikan seluruh PLTU pada 2060. Hal itu akan berdampak besar terhadap pasar batu bara.

"Dalam inisiatif yang kami lakukan, banyak yang bisa dibuat, tapi setelah dipelajari market-nya, yang paling dibutuhkan adalah DME," ungkapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper