Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kapasitas Penumpang Ditambah, Bos Garuda (GIAA): Tunggu Dulu Ya

Garuda Indonesia memilih untuk menunggu kepastian dari rencana pemerintah yang ingin menambah kapasitas penumpang pesawat pada tahun depan.
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia bersiap melakukan penerbangan di Bandara internasional Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara akhir pekan lalu (8/1/2017)./Bisnis-Dedi Gunawann
Pesawat milik maskapai penerbangan Garuda Indonesia bersiap melakukan penerbangan di Bandara internasional Sam Ratulangi Manado, Sulawesi Utara akhir pekan lalu (8/1/2017)./Bisnis-Dedi Gunawann

Bisnis.com, JAKARTA - PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) enggan berkomentar mengenai rencana penaikan kembali okupansi yang dilakukan oleh pemerintah hingga 85 persen setelah distribusi vaksin dilakukan merata pada tahun depan.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan pergerakan penumpang memang sudah mulai meningkat hingga menjelang akhir tahun ini sudah lebih dari 200 penerbangan per hari. Namun angkanya saat ini memang masih di bawah 50 persen setelah dilonggarkan okupansi maksimalnya menjadi 70 persen.

Maskapai pelat merah tersebut pun masih melakukan pengawasan pergerakannya hingga akhir tahun ini. Irfan meyakini sejumlah kebijakan saat ini dengan dipangkasnya passenger service charge (PSC) dapat turut mengerek jumlah penumpang. Namun, proyeksi angka tahun ini dan tahun depan pun belum dapat dilakukan.

"Akan lebih baik kita tunggu dulu ya. Jadi lebih baik tidak komentar dahulu," kata Irfan, Kamis (26/11/2020).

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) membuka peluang relaksasi protokol kesehatan (prokes) di sektor udara. Pada 2021, Kemenhub menyiapkan skema peningkatan batas maksimal penumpang (seat load factor/SLF) menjadi 85 persen dengan tetap menyertakan dokumen persyaratan bepergian.

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menuturkan perkara protokol kesehatan di angkutan udara cukup dilematis. Pasalnya, di satu sisi perlu menjaga protokol kesehatan di sisi lainnya ingin agar aktivitas tetap produktif.

Dengan demikian, pada rute-rute tertentu dengan jumlah penerbangan yang banyak membuat dunia penerbangan bertambah sehat. Sementara, tingkat keterisian penumpang pun akan diteliti pemerintah.

"Kami akan bahas dengan Satuan Tugas bersama pakar pandemi, apakah dimungkinkan untuk ditambah [kapasitas maksimal]. Saya ilustrasikan, kalau di negara lain tak ada pembatasan 70 persen, kami memang konservatif di sini. Di negara lain bisa tetap penuh penumpangnya," kata Budi kepada Bisnis.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper