Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Resesi, IMF Perkirakan Ekonomi Indonesia Terbaik Kedua Setelah China

Indonesia diperkirakan mengalami kontraksi 1,5 persen pada tahun ini. Indonesia berada di posisi kedua, di bawah China yang positif 1,9 persen. Di bawah Indonesia ada Korea Selatan yang diproyeksi minus 1,9 persen dan Rusia minus 4,1 persen.
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P
Pemandangan gedung bertingkat di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Akibat pandemi Covid-19 seluruh negara mengalami penurunan pertumbahan ekonomi, termasuk Indonesia. Namun, Indonesia ternyata tidak mengalami kontraksi seburuk negara-negara lain.

Berdasarkan laporan terbaru IMF di sela Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengemukakan kondisi perekonomian global menghadapi tekanan luar biasa sepanjang 2020. Perekonomian seluruh negara, termasuk anggota G20 pun mengalami kontraksi.

Namun, posisi Indonesia masih lebih baik. Indonesia diperkirakan mengalami kontraksi 1,5 persen pada tahun ini. Indonesia berada di posisi kedua, di bawah China yang positif 1,9 persen. Di bawah Indonesia ada Korea Selatan yang diproyeksi minus 1,9 persen dan Rusia minus 4,1 persen.

"Indonesia di antara kelompok G20 pertumbuhan ekonominya masih terbaik kedua sesudah RRT [China]," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konpers APBN Kita, Selasa (24/11/2020).

Dia menjelaskan bahwa akibat pandemi Covid-19 penurunan pertumbuhan ekonomi ini tidak hanya terjadi oleh Indonesia tetapi juga hampir di semua negara, hal ini disampaikannya melalui Konferensi Pers APBN Kita edisi November 2020 pada Senin (23/11/2020).

"Hampir semua negara down pada kuartal kedua dan ketiganya mengalami rebound dan ini berarti sesuatu yang sebetulnya bagus meskipun ini masih terlalu dini," ungkap Sri Mulyani dikutip pada Rabu (25/11/2020).

Menkeu mengungkapkan karena pandemi mempengaruhi seluruh negara tidak pandang bulu maka ketahanan ekonomi tiap-tiap negara akan sangat diuji. Oleh karena itu, semua negara melakukan dukungan countercyclical melalui APBN atau kebijakan fiskal jelas Sri Mulyani.

Dukungan menggunakan APBN dan kebijakan fiskal ini adalah upaya untuk menangani Covid-19 dan menarik kembali ekonomi ke atas terang Sri Mulyani.

"Dan Indonesia ada di bagian yang dianggap cukup rendah modest yaitu di sebelah kanan, sesudah China dalam hal ini. Dan perubahan dari sisi defisit ini adalah untuk memberikan support bagi ekonomi dan untuk belanja-belanja di bidang kesehatan," ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers yang bisa disaksikan melalui YouTube Ministry of Finance Republic of Indonesia.

Adanya countercyclical ini kemudian menyebabkan hutang pemerintah dari semua negara mengalami kenaikan, termasuk Indonesia.

Berdasarkan pengamatan IMF terhadap negara maju G20 rata-rata angka kenaikan hutangnya luar biasa, rata-rata utang mereka sebelum krisis di tingkat 100 persen dari GDP sekarang melonjak di sekitar 130 persen pada masa pandemi.

Sementara itu, di Indonesia, utang pemerintah selama ini berada di sekitar 30 persen dan kemudian naik menjadi 36 hingga 37 persen, yang jika dibandingkan angka ini tidak setinggi negara lain.

"Jadi Indonesia yang selama ini ada disekitar 30 persen dan naik menjadi 36,37 persen. Memang masih ada dibawah garis yang titik -titik merah ini. Namun itu tidak berarti kita tidak waspada, kita tetap akan terus menjaga kondisi semua hal, semua lini supaya ekonominya tetap baik dan fiskalnya sustainable," tutur Sri Mulyani.

Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa saat ini berfokus untuk memulihkan kondisi ekonomi negaranya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper