Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Disparitas Harga Masih Tinggi, Produksi Pangan Terus Digenjot

Kementerian Perdagangan menyatakan disparitas harga 10 komoditas pangan antardaerah masih tinggi. 
Petani menanam bawang. Food Estate merupakan konsep pengembangan pangan yang dilakukan secara terintegrasi di suatu kawasan. Food estate juga dapat menjadi lahan produksi pangan nasional, cadangan pangan, dan distribusi pangan. /Antara
Petani menanam bawang. Food Estate merupakan konsep pengembangan pangan yang dilakukan secara terintegrasi di suatu kawasan. Food estate juga dapat menjadi lahan produksi pangan nasional, cadangan pangan, dan distribusi pangan. /Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Upaya pemerintah untuk mengoptimalisasi produksi pertanian demi menjamin ketahanan pangan nyatanya belum diiringi dengan penyelesaian masalah harga.

Kementerian Perdagangan melaporkan disparitas harga 10 komoditas pangan antardaerah masih tinggi. 

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengemukakan disparitas masih terjadi dalam lima tahun terakhir. Hal ini terjadi lantaran belum meratanya wilayah produksi pangan dan biaya distribusi yang tinggi.

“Identifikasi kami soal koefisien harga barang kebutuhan pokok antarwilayah, 10 komoditas pangan dalam 5 tahun terakhir masih ada yang mengalami disparitas yang cukup tinggi. Dengan kata lain, tidak semua konsumen di Indonesia menikmati ketersediaan pangan dengan pasokan yang cukup dan harga terjangkau,” kata Agus dalam Jakarta Food Security Summit, Rabu (18/11/2020).

Dia menyebutkan sejumlah penyebab masih terjadinya disparitas ini, di antaranya adalah bencana alam, belum meratanya sentra produksi, dan distribusi dan baiaya logistik di daerah yang bervariasi.

Guna menanggulangi persoalan ini, Agus menjelaskan bahwa pemerintah telah menyiapkan Gerai Maritim, salah satu aktivitas yang menjadi bagian dari program tol laut.

Melalui aktivitas ini, pemerintah menyiapkan subsidi sebesar 40 sampai 50 persen dari total kargo per kontainer untuk distribusi dari sentra produksi di pulau-pulau besar ke daerah terpencil, terluar, dan perbatasan.

Melalui Gerai Maritim, pemerintah juga memfasilitasi business matching yang memungkinkan produsen di daerah terpencil, terluar, dan perbatasan mengirimkan bahan baku ke pulau-pulau utama. Dengan demikian, muatan balik menjadi lebih optimal operasionalnya.

“Selama ini transportasi tinggi karena muatan balik tidak sebanyak pada saat pengiriman,” kata Agus.

Sejauh ini, Gerai Maritim telah mencakup 67 daerah. Menurut laporan yang dia terima, sebanyak 50 daerah telah melaporkan manfaat dari program ini karena harga barang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper