Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pabrik Otomotif Menderu Lagi, Industri Ban Ketiban Berkah

Pada saat permintaan mulai naik saat ini, pabrikan harus terganjal bahan baku yakni kawat baja.
Aktivitas pekerja di pabrik ban PT Gajah Tunggal Tbk./gt-tires.com
Aktivitas pekerja di pabrik ban PT Gajah Tunggal Tbk./gt-tires.com

Bisnis.com, JAKARTA — Kendati pandemi Covid-19 masih berlangsung, sejumlah pabrik kendaraan baik motor dan mobil telah memutuskan beroperasi kembali pada paruh kedua tahun ini.

Industri ban pun mendapat berkah akhir tahun usai utilisasi yang sempat anjlok sekitar 40 persen.

Badan Pusat Statistik mencatat produksi mobil pada kuartal III/2020 telah mengalami perbaikan mencapai 113.563 unit atau naik 172,78 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya meski secara tahunan masih terkontraksi atau turun 68,47 persen.

Demikian pula untuk penjualan mobil, BPS mencatat ada ankenaik 362,17 persen secara kuartalan dan turun 59,3 persen secara tahunan.

Sementara itu, untuk sepeda motor hingga kuartal III/2020 ada kenaikan 190,75 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya dan turun 46,14 persen secara tahunan.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) Azis Pane mengamini saat ini permintaan ban sudah meningkat. Alhasil, meski belum optimal, utilisasi telah terkerek di level 80 persen—85 persen hingga awal November ini.

"Setelah permintaan domestik berhenti sekitar 6 bulan September kemarin memang mulai naik, sekarang meski belum optimal kapasitas sudah di 80—85 persen," katanya kepada Bisnis, Kamis (5/11/2020).

Dengan demikian, Azis memproyeksi produksi ban tahun ini akan terkoreksi sekitar 10—15 persen dibandingkan dengan tahun lalu sebesar 77 juta—80 juta unit.

Azis pun mengemukakan bahwa pada saat permintaan mulai naik saat ini, pabrikan harus terganjal bahan baku yakni kawat baja. Untuk itu, pihaknya telah meminta Kementerian Perdagangan agar membuka keran impor kawat baja setelah Januari lalu menutup impor kawat secara temporer.

"Temporer memang, tapi sampai sekarang belum dibuka lagi, kami punya kebutuhan sudah kurang. Biasanya dipasok Sumiden cukup, lalu kemarin ada PSBB dan permintaan kurang mungkin sehingga mereka pilih renovasi pabrik daripada produksi maksimal jadi tidak bisa mencukupi," katanya.

Di sisi lain, Azis menyambut baik perpanjangan generalized system of preferences oleh Amerika Serikat. Pasalnya untuk industri ban Tanah Air pasar AS sangat menjanjikan berbeda dengan pasar lain yang lesu atau seperti Timur Tengah dan Afrika yang kerap terlambat memenuhi pembayaran.

Untuk itu, APBI berharap akan memasok dua kali lipat ke pasar AS. Selama 2014—2018, neraca dagang ban selalu surplus yang secara konsisten ditopang oleh penjualan ban mobil biasa. Tahun lalu, industri ban lokal mampu mengekspor 435.411 ton mobil senilai US$1,3 miliar.

Dengan kondisi tersebut, Azis memastikan saat ini 19 pabrikan ban telah mulai beroperasi semaksimal mungkin tanpa melakukan pemutusan karyawan.

"Kami bertahan kok, selama ini hanya pemutusan karyawan kontrak saja," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper