Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pilpres AS, Biden Dipandang Bisa Bawa Optimisme Pemulihan Ekonomi

Dengan kebijakan dagang yang dinilai bakal lebih terstruktur, negara-negara eksportir dianggap bisa mengambil peluang ini.
Foto kombinasi memperlihatkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan kandidat presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, berbicara selama debat pertama mereka dalam rangka kampanye presiden 2020, yang berlangsung di kampus Cleveland Clinic-Case Western Reserve University di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat, 29/9/2020. ANTARA/REUTERS
Foto kombinasi memperlihatkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan kandidat presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden, berbicara selama debat pertama mereka dalam rangka kampanye presiden 2020, yang berlangsung di kampus Cleveland Clinic-Case Western Reserve University di Cleveland, Ohio, Amerika Serikat, 29/9/2020. ANTARA/REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA – Joe Biden diperkirakan bakal memberi optimisme dalam pemulihan ekonomi global jika terpilih sebagai presiden Amerika Serikat selanjutnya.

Dengan kebijakan dagang yang dinilai bakal lebih terstruktur, negara-negara eksportir dianggap bisa mengambil peluang ini.

“Jika kebijakan dagang Biden tidak seperti Trump yang cenderung protektif, industri Indonesia yang berorientasi ekspor bisa mengambil peluang ini,” kata Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal saat dihubungi, Senin (2/11/2020).

Adapun pada sektor industri di dalam negeri yang belum berorientasi ekspor, Faisal berpendapat dampaknya tidak akan terlalu besar mengingat fokus pasar yang lebih mengarah ke dalam negeri.

Kendati demikian, dia mencatat tetap ada peluang untuk menarik investasi AS sebagai buah dari penguatan kerja sama yang ditunjukkan kedua negara. Tetapi, Faisal meragukani investasi tersebut bakal memperkuat keikutsertaan Indonesia dalam rantai pasok global.

“Saya kira investasi AS yang berkaitan dengan manufaktur banyak dikontrol oleh China, mereka hanya pemegang brand. Namun ada peluang di farmasi, infrastruktur dan sektor teknologi komunikasi, yang berorientasi jasa,” kata Faisal.

Sementara itu, Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengemukakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam kebijakan dagang Biden maupun Trump.

Keduanya dia sebut akan menerapkan kebijakan yang bersifat  inward-looking, meskipun dengan derajat yang berbeda.

“Slogan keduanya, American First dan Made in All of America menekankan prioritas pemerintah AS terhadap manufaktur domestik. Kesamaan keduanya juga terlihat dari sentimen yang disajikan terkait invasi produk dari China,” kata Josua.

Dia menjelaskan bahwa kedua kandidat sama-sama menganggap produk China mengganggu aktivitas manufaktur di AS. Khusus Biden, lanjutnya, bakal cenderung menekan China melalui protokol multilateral dan tidak menekankan pada kebijakan tarif.

“Biden juga menekankan bahwa kerja sama dengan negara dekat AS harus diperkuat. Sehingga selain China, sangat mungkin kerja sama dagang antara AS dan negara lainnya dapat membaik,” lanjutnya.

Dengan kebijakan dagang keduanya yang masih menganggap China sebagai kompetitor, Josua memperkirakan kebijakan dagang terhadap Negeri Panda tidak banyak berubah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper