Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

40 Persen Pengembang Hunian Bersubsidi Tumbang

Apersi mengungkapkan bahwa sekitar 40 persen pengembang hunian bersubsidi tumbang akibat kehabisan cashflow saat pandemi Covid-19 ini
Perumahan bersubsidi di Cimanggung, Parakan Muncang, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat./Antara/Raisan Al Farisi
Perumahan bersubsidi di Cimanggung, Parakan Muncang, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat./Antara/Raisan Al Farisi

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) mengungkapkan pandemi Covid-19 membuat sekitar 40 persen pengembang perumahan rumah subsidi tumbang dan gugur terkena seleksi alam.

Sekjen DPP Apersi Daniel Djumali mengatakan asosiasi itu beranggotakan 3.000 pengembang yang mayoritas membangun perumahan menengah dan menengah bawah, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dalam rangka mendukung program pembangunan sejuta rumah.

Dia tak memungkiri pandemi Covid-19 sangat berdampak pada cashflow para pengembang. Ditambah lagi, untuk rumah subsidi mayoritas pembelian melalui KPR subsidi memiliki aturan hingga 29–34 persyaratan, menyebabkan persetujuan perbankan terhadap KPR subsidi anjlok.

"Ini dampaknya 30 persen hingga 40 persen pengembang perumahan rumah subsidi tumbang dan gugur terkena seleksi alam dan akibat cashflow-nya," ujarnya kepada Bisnis pada Selasa (20/10/2020).

Selain itu, Covid-19 membuat banyaknya karyawan/tenaga kerja yang tidak bekerja atau bekerja paruh waktu atau karyawan kontrak. Apa lagi saat ini banyak karyawan kontrak atau wiraswasta skala UMKM yang perlu rumah, tapi tidak bisa memperoleh rumah karena karyawan kontrak tidak memenuhi persyaratan perbankan untuk memperoleh KPR khususnya KPR subsidi.

"Oleh karena itu, diperkirakan transaksi sektor properti subsidi atau hunian untuk MBR turun 30 persen hingga 40 persen, sektor properti menengah turun 50 persen sampai 60 persen dan sektor properti kelas atas turun lebih dari 65 persen," tuturnya.

Meski mengalami penurunan 30 persen hingga 40 persen dibandingkan sebelum masa pandemi dan adanya pengembang yang tumbang karena seleksi alamatau kesulitan cashflow, untuk pengembang yang masih bertahan kinerjanya diperkirakan bisa meningkat walaupun untuk sementara tetap masih di bawah capaian penjualan sebelum pandemi.

"Saat ini juga kondisinya banyak masyarakat yang sudah membayar DP [uang muka], tetapi tidak jadi membeli ada sebesar 30 persen sampai 40 persen," kata Daniel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper