Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lima Kali Surplus, Neraca Dagang RI Kuartal Ketiga Positif hingga US$13,51 Miliar

Surplus ini lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun 2019, karena tahun lalu posisi neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sementara tahun ini surplus.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto memberikan penjelasan di sela-sela sosialisasi Satu Data Indonesia Menuju Revolusi Industri 4.0 di Jakarta, Senin (26/11/2018). Bisnis/Dedi Gunawan
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto memberikan penjelasan di sela-sela sosialisasi Satu Data Indonesia Menuju Revolusi Industri 4.0 di Jakarta, Senin (26/11/2018). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - Pada periode Januari-September 2020, Indonesia mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar US$13,51 miliar.

Surplus ini lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun 2019, karena tahun lalu posisi neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sementara tahun ini surplus.

Kondisi ini dipicu oleh surplus neraca perdagangan yang terjadi dalam lima bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

"September ini terjadi surplus US$2,4 miliar, ekspor dan impor meningkat," kata Kepala BPS Suhariyanto, Kamis (15/10/2020).

BPS mencatat ekspor industri juga mulai bergerak, impor barang baku dan barang modal juga mulai bergerak naik pada bulan September. Secara kumulatif, total ekspor pada periode Januari-September mencapai US$117,19 miliar.

"Dibandingkan year on year, masih turun tapi lebih landai. total ekspor kumulatif turun 5,81 persen. Kita harap kedepan akan semakin meningkat," ujar Suhariyanto.

Secara sektor, pertumbuhan ekspor dalam periode ini ditopang oleh pertumbuhan positif sektor pertanian sebesar 9,70 persen. Adapun, industri masih turun tipis sebesar 0,25 persen.

Pemicunya adalah turunnya ekspor hasil tambang dan lainnya yang kontraksi mencapai 23,96 persen akibat penurunan permintaan yang cukup tajam.

Di sisi impor, nilai kumulatif pada periode Januari-September 2020 mencapai US$103,68 miliar, turun 18,15 persen dibandingkan periode yang sama 2019.

"Impor didominasi mesin dan peralatan mekanis dan perlengkapan elektrik." Adapun, menurut penggunaan barang, impornya masih turun.

Suhariyanto melihat kalau diliat bulanannya barang baku dan modal mulai naik, tapi dibandingkan angka tahunan masih terlihat turun dalam. "Masih butuh waktu menuju recovery," tegas Suhariyanto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper