Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potensi Permintaan Akhir Tahun Dorong Kinerja Dagang September

Neraca dagang Indonesia surplus US$2,44 miliar pada September 2020 memberi indikasi positif atas performa industri dalam negeri.
Foto aerial pelabuhan peti kemas Koja di Jakarta. (25/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha
Foto aerial pelabuhan peti kemas Koja di Jakarta. (25/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja dagang selama September 2020 memberi indikasi positif atas performa industri dalam negeri. Permintaan pada akhir tahun yang diperkirakan meningkat secara domestik maupun global dan didorong oleh kehadiran sejumlah sentimen.

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa neraca dagang Indonesia surplus US$2,44 miliar pada September 2020. Performa ini tercapai dari nilai ekspor sebesar US$14,01 miliar dan impor senilai US$11,57 miliar.

Surplus sendiri tercapai lewat ekspor yang naik 6,97 persen secara bulanan dan impor yang meningkat 7,71 persen dibandingkan dengan Agustus 2020. Meski kenaikan impor bulanan lebih tinggi daripada ekspor, Kepala BPS Suhariyanto mengatakan kinerja impor tetap dalam koridor positif karena didorong oleh peningkatan impor komponen bahan baku/penolong dan modal.

Impor bahan baku membukukan nilai US$8,32 miliar atau naik 7,23 persen. Kenaikan di antaranya disumbang oleh kenaikan pada impor gandum dari Ukraina dan gula mentah dari Thailand. Sementara itu, barang modal pun mengalami kenaikan impor secara bulanan sebesar 19,01 persen menjadi US$2,13 miliar yang disumbang oleh impor mesin dan bagiannya serta perlengkapan elektrik.

“Umumnya ekspor impor pada akhir tahun akan naik karena permintaan naik. Apakah ini akan kembali terjadi tahun ini ketika pandemi masih ada, saya tidak bisa pastikan karena memang situasi serba tidak pasti. Jadi masalah penanganan kesehatan dan penemuan vaksin bisa berpengaruh besar,” kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (15/10/2020).

Ketua Industri Manufaktur Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Johnny Darmawan memperkirakan menggeliatnya impor bahan baku dan barang modal sepanjang September merupakan realisasi dari impor yang sempat tertahan pada semester I dan kuartal III ketika pembatasan sosial berskala besar (PSBB) memasuki masa transisi. Dia mengatakan industri dalam negeri lebih optimistis di penghujung kuartal III menyusul potensi naiknya konsumsi pada akhir tahun dan sentimen positif pengembangan vaksin Covid-19.

“Kinerja ini merupakan kabar yang baik. Sebelumnya impor bahan baku dan modal sempat tertahan, namun ada indikasi positif dari pengembangan vaksin dan perekonomian China yang lebih percaya diri,” kata Johnny kepada Bisnis.com.

Kinerja manufaktur yang membaik terlihat pula dari ekspor kendaraan dan bagiannya yang naik US$141,2 juta pada September. Johnny mengatakan hal ini turut didorong oleh mulai bekerjanya aktivitas rantai pasok global produk kendaraan.

“Ekspor kendaraan dan bagiannya ini cukup mengejutkan. Memang Thailand dan Vietnam ekonominya sudah mulai jalan dan Indonesia masuk dalam value chain dari pabrik otomotif,” ujarnya.

Di sisi lain, Johnny mengatakan industri pengolahan pun bisa mengambil peluang dari peningkatan konsumsi pada akhir tahun. Dia mencatat permintaan sejumlah kelompok produk olahan minyak sawit dan makanan minuman bisa bertambah permintaanya.

“Biasanya pada kuartal empat banyak permintaan untuk stok musim dingin, sejumlah produk seharusnya bisa mengambil peluang,” kata Johnny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper