Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Negara Tujuan Ekspor 'Menutup Diri', Pasar Domestik Diperkuat

Langkah tersebut perlu dilakukan menyusul turunnya utilisasi pabrik di dalam negeri akibat kontraksi yang dialami negara tujuan ekspor.
Pekerja mencatat muatan hasil laut yang akan diekspor di terminal kargo Bandara Internasional Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (23/9/2020)./Antararnrnrnrn
Pekerja mencatat muatan hasil laut yang akan diekspor di terminal kargo Bandara Internasional Sam Ratulangi, Manado, Sulawesi Utara, Rabu (23/9/2020)./Antararnrnrnrn

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha di dalam negeri terus mengoptimalkan pasar dalam negeri seiring dengan risiko pelemahan ekspor ke negara mitra dagang utama yang terus berlanjut.

“Pada saat seperti ini harus pengamanan pasar dalam negeri dari masuknya produk jadi impor. Dengan demikian pasar domestik bisa diisi produk lokal,” kata Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno saat dihubungi Bisnis, Rabu (14/10/2020).

Benny mengemukakan bahwa langkah tersebut perlu dilakukan menyusul turunnya utilisasi pabrik di dalam negeri akibat kontraksi yang dialami negara tujuan ekspor.

Dia mengemukakan bahwa hanya segelintir negara yang performa dagangnya masih positif, yakni mitra dagang mampu membendung dampak ekonomi Covid-19.

“Tanpa lonjakan kasus Covid-19 pun ekspor ke mitra dagang utama sudah terkontraksi. Hampir semua negara tujuan menghadapi ekonomi yang terkontraksi,” tutur Benny.

Komentar ini, disampaikan Benny merespons aksi sejumlah negara Eropa yang memutuskan untuk kembali memperketat aktivitas masyarakat usai kasus Covid-19 kembali mengalami peningkatan.

Sejauh ini, pemerintah Belanda telah membatasi aktivitas pada malam hari penduduknya sebagai bagian dari kebijakan partial lockdown.

Penjualan alkohol dilarang setelah pukul 20.00 dan tempat berkumpul seperti bar, restoran, dan kedai kopi ditutup total.

Menteri Kesehatan Belanda Hugo de Jonge memperingatkan karantina lokal bisa saja diimplementasi jika kebijakan saat ini tak efektif.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ekspor nonmigas ke negara tersebut turun 1,88 persen sepanjang Januari—Agustus 2020 dengan nilai US$2 miliar. Belanda menempati peringkat ke-12 sebagai negara tujuan ekspor Indonesia dari segi nilai.

Langkah serupa juga diambil Inggris dengan menutup aktivitas di bar dan pub untuk wilayah dengan kasus Covid-19 yang tinggi.

Otoritas kesehatan setempat menilai langkah ini tidaklah cukup dan Partai Buruh menyerukan karantina total meski usul tersebut ditolak Perdana Menteri Boris Johnson. Ekspor nonmigas Indonesia ke Inggris tercatat turun 9,65 persen sepanjang Januari—Agustus 2020 dengan nilai US$827 juta.

Sementara itu, Jerman pun tengah mempertimbangkan langkah lanjutan usai kasus Covid-19 meningkat dengan laju tercepat sejak puncak pandemi.

Seiring dengan langkah antisipatif berbagai negara untuk meredam lonjakan kasus, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization) mencatat terdapat 694.725 kasus baru selama sepekan terakhir per 11 Oktober di negara-negara Eropa.

Angka ini meningkat 34 persen dibandingkan seminggu sebelumnya dan naik paling tinggi di antara kawasan lain. Selain itu, lonjakan kasus pun berada di atas rata-rata kenaikan kasus secara global yang mencapai 10 persen dalam sepekan terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper