Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mantan Menkeu Chatib Basri: Vaksinasi Covid-19 Butuh Waktu Lama

Ekonom Senior Chatib Basri memperkirakan distribusi vaksin ke masyarakat, yang diyakini akan tersedia pada awal 2021, akan membutuhkan waktu yang sangat lama.
Pengamat Ekonomi M. Chatib Basri./FB Sri Mulyani
Pengamat Ekonomi M. Chatib Basri./FB Sri Mulyani

Bisnis.com, JAKARTA - Ketersedian vaksin membawa harapan besar bagi pemulihan, baik dari sisi kesehatan maupun ekonomi.

Pemerintah mengatakan 30 juta dosis vaksin Covid-19 akan diterima Indonesia pada kuartal IV/2020. Pemerintah yakin 160 juta orang akan menerima vaksin pada 2021, sehingga dibutuhkan total 320 juta dosis vaksin untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Ekonom Senior Chatib Basri memperkirakan distribusi vaksin ke masyarakat, yang diyakini akan tersedia pada awal 2021, akan membutuhkan waktu yang sangat lama.

Mengacu pada data tes Covid-19, target pengujian spesimen pemerintah hanya bisa mencapai 30.000 tes per hari. Secara rata-rata, jumlah orang yang baru dites per hari pada 11 Oktober 2020 baru mencapai 22.163 orang.

Chatib memperhitungkan, jika menggunakan angka 25 juta orang yang akan divaksin di awal 2021, maka per harinya pemerintah harus memvaksinasi 68.000 orang. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan target uji spesimen Covid-19 sebesar 30.000 per hari.

Artinya, dibutuhkan waktu setahun untuk bisa memvaksinasi 25 juta orang tersebut.

"Pertanyaannya kita punya sumber daya tidak untuk menyuntikkan 68.000 sehari? Kalau toh mampu, masih dibutuhkan setahun penuh untuk bisa vaksin didistribusikan," kata Chatib dalam video conference Bincang APBN 2021 secara virtual, Selasa (13/10/2020).

Jika vaksinasi membutuhkan waktu yang lama, menurut Chatib, yang terjadi adalah ekonomi akan semakin lama pulih. Aktivitas ekonomi masih akan terbatas karena diharuskan tetap menjalankan protokol kesehatan.

Dengan skala ekonomi yang hanya bisa beroperasi 50 persen, dunia usaha tidak akan bisa bergerak agresif, bahkan melakukan eskpansi. Hal ini yang kemudian juga akna memengaruhi investasi akan tertahan.

"Jadi 2021 kita belum bisa berharap private investment akan kick in. Itu kenapa fiskal harus ekspansif," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper