Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Defisit Dagang RI dengan China Melorot 69,2 Persen

China merupakan investor kedua terbesar di Indonesia. Tetapi, apabila ditambah dengan investasi dari Hong Kong senilai US$1,7 miliar, maka dapat dikatakan China merupakan investor terbesar di Indonesia.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Neraca perdagangan Indonesia dengan China membukukan penurunan defisit yang signifikan sepanjang Januari-Agustus 2020.

“Ada penurunan defisit yang sangat signifikan pada neraca perdagangan periode Januari—Agustus 2020 yaitu sebesar 69,2 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Apabila tren tersebut terus berlangsung, diharapkan sampai akhir tahun ini defisit akan berkurang banyak,” kata Duta Besar Indonesia untuk China dan Mongolia Djauhari Oratmangun dalam keterangan resmi, Jumat (9/10/2020).

Secara keseluruhan, Djauhari mengatakan kinerja perdagangan Indonesia ke Negeri Panda terus meningkat meski di tengah pandemi. Kinerja ini didorong oleh peningkatan sejumlah ekspor produk unggulan dan potensial Indonesia ke China.

“Menurut data yang dirilis Kepabeanan China, nilai perdagangan Indonesia-China pada periode Januari—Agustus 2020 mencapai US$48,7 miliar,” ujar Djauhari.

Dari jumlah tersebut, lanjut Djauhari, ekspor Indonesia ke China mencapai US$23,3 miliar atau tumbuh sebesar 6,4 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya di periode yang sama.

Sementara itu, nilai impor Indonesia dari China pada periode tersebut mencapai US$25,4 miliar atau turun sebesar 11,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Sejumlah produk unggulan dan potensial Indonesia yang meningkat secara signifikan, di antaranya besi dan baja (HS 72) meningkat 134,3 persen; tembaga (HS 74) meningkat 88,5 persen; alas kaki (HS 64) meningkat 31,9 persen; kertas dan paperboard (HS 48) meningkat 118,7 persen; dan produk perikanan (HS 03) meningkat 16,2 persen.

Selain itu, ada pula karet (HS 40) meningkat 25,8 persen; plastik (HS 39) meningkat 20,4 persen; timah (HS 80) meningkat 1163,6 persen; aluminium (HS 76) meningkat 4124,1 persen; bahan kimia anorganik (HS28) meningkat 63,1 persen; buah-buahan tropis (HS 08) meningkat 72,8 persen.

Komoditas lainnya yakni kopi, teh dan rempah-rempah (HS 09) meningkat 280,8 persen; produk tekstil (HS 63) meningkat 3296,3 persen; serta produk kain khusus (HS 56) meningkat 54,2 persen.

Sementara itu, realisasi investasi China di Indonesia pada periode Januari—Juli 2020 mencapai US$2,4 miliar, meningkat 9 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Dengan demikian, China merupakan investor kedua terbesar di Indonesia. Tetapi, apabila ditambah dengan investasi dari Hong Kong senilai US$1,7 miliar, maka dapat dikatakan China merupakan investor terbesar di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper