Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tiga Negara Terbesar Timur Tengah Ini Catat Ekspansi di Sektor Non-Minyak

Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index) Mesir, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab masing-masing naik di atas level 50.
Properti Dubai, Uni Emirat Arab/Istimewa
Properti Dubai, Uni Emirat Arab/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Sektor swasta non-minyak di tiga negara Arab dengan ekonomi terbesar kembali tumbuh pada bulan September, dengan Mesir mencatat ekspansi pertamanya dalam 14 bulan.

Dilansir dari Bloomberg, IHS Markit mencatat indeks manajer pembelian (purchasing managers’ index/PMI) Mesir naik menjadi 50,4 dari 49,4 pada Agustus karena permintaan konsumen dan penjualan ekspor pulih.

Sementara itu, PMI Arab Saudi mengalami ekspansi bulanan pertama sejak Februari, ke level 50,7 dari 48,8, sedangkan PMI Uni Emirat Arab naik menjadi 51 pada September dari 49,4 pada bulan sebelumnya, dengan kondisi bisnis membaik untuk ketiga kalinya dalam empat bulan terakhir.

Indeks yang mewakili aktivitas swasta non-minyak di ketiga negara tersebut naik di atas ambang batas 50 yang menandakan terjadinya ekspansi.

Kondisi bisnis terus membaik terlepas dari banyaknya PHK yang terjadi karena perusahaan menyesuaikan diri dengan tantangan ekonomi pandemi global sementara pemerintah melonggarkan pembatasan.

“Data PMI Mesir terbaru memberikan lebih banyak optimisme untuk bisnis,” kata ekonom IHS Markit David Owen

"Aktivitas ekonomi selain sektor minyak sedang mengalami perubahan haluan yang moderat setelah dampak yang menghancurkan dari pandemi Covid-19," lanjutnya, seperti dikutip Bloomberg.

Pemulihan ekonomi masih cenderun lemah di sebagian besar Timur Tengah dan kini menghadapi ujian lebih lanjut di UEA karena peningkatan tajam kasus virus corona.

Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan ekonomi di Negara Teluk akan mengalami rebound yang lebih lambat daripada di wilayah karena penurunan harga minyak dan penyesuaian fiskal oleh pemerintah.

“Lonjakan infeksi Covid-19 UEA dapat menyebabkan lockdown diberlakukan kembali. Mengingat rebound saat ini cenderung lemah, setiap tindakan lebih lanjut dapat menyebabkan penurunan dalam aktivitas bisnis,” tutup Owen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper