Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Stabil Saat Pandemi, Sektor Pangan dan Tani Jadi Harapan

Pasalnya, segmen tersebut paling adaptif selama pandemi Covid-19 melanda sehingga menjadi peluang bagi pemerintah untuk melakukan terobosan yang konkret. 
Petani membajak sawahnya menggunakan traktor tangan di Desa Porame, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (18/4/2020). - Antara
Petani membajak sawahnya menggunakan traktor tangan di Desa Porame, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (18/4/2020). - Antara

Bisnis.com, JAKARTA -- Optimasi segmen pangan dan pertanian menjadi secercah harapan bagi pemerintah untuk memperbaiki kondisi ekonomi di sisa kuartal 2020.

Pasalnya, segmen tersebut paling adaptif selama pandemi Covid-19 melanda sehingga menjadi peluang bagi pemerintah untuk melakukan terobosan yang konkret. 

Sekadar catatan, paket kebijakan melalui stimulus yang dikucurkan sebelumnya gagal menahan laju deflasi selama 3 bulan berturut-turut.

Mengacu laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Nilai Tukar Petani (NTP) secara nasional naik 0,49 persen dibandingkan dengan NTP Juni 2020, yaitu dari 99,60 menjadi 100,09. 

Kenaikan NTP Juli 2020 dipengaruhi oleh tiga subsektor pertanian, yaitu subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,76 persen, subsektor peternakan sebesar 1,68 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,69 persen.

Namun demikian, deflasi yang menimpa bahan makanan pada September 2020 sebesar 0,55 persen sehingga terjadi disinsentif terhadap petani dan berpotensi menurunkan NTP. Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemerintah jika ingin berkonsentrasi untuk mengoptimasi segmen pangan dan pertanian sebagai jurus selanjutnya dalam memperbaiki geliat ekonomi di tengah pandemi.

Menurut Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri Abdullah, pemerintah mau tidak mau mesti mengoptimasi sektor pangan dan pertanian yang dikatakan menjadi modal dasar untuk membangkitkan perekonomian nasional.

Pemerintah, kata Abdullah, perlu menyiapkan desain utama, terutama untuk mengatasi masalah ketimpangan produksi bahan pangan oleh petani. Salah satu strategi intinya adalah dengan menciptakan prioritas jenis produksi.

"Harus ada grand design untuk memprioritaskan jenis produksi apa yang perlu digeber duluan. Sektor apa yang memang belum saat nya jor-joran ditanam. Contohnya, beras. Saat ini produksinya cukup banyak, apakah harus digenjot? Tentu saja tidak, karena komoditas lain seperti cabe dan bawang perlu diprioritaskan karena sebentar lagi akan masuk musim hujan," ujar Abdullah kepada Bisnis, Jumat (2/10/2020).

Abdullah mengatakan dengan adanya grand design yang jelas, terutama yang berkaitan dengan sebaran wilayah produksi, dapat menghindarkan petani dari ketidakteraturan jumlah produksi yang berdampak pada gagal harga di pasaran.

Pemerintah, lanjutnya, perlu menyusun sebaran wilayah tersebut juga sebagai akses informasi kepada petani terkait dengan persebaran produksi. Pasalnya, petani di Tanah Air belum memiliki akses untuk mengetahui komoditas apa yang ditanam di wilayah lain sampai dengan saat ini.

Adapun, sejumlah komoditas berpotensi mengalami kenaikan harga dalam beberapa bulan ke depan, di antaranya cabai, bawang merah, bawang putih, dan tomat.

"Ini yang perlu diperhatikan oleh pemerintah. Mereka punya SDM cukup besar, gerakkan mereka sebagai motor untuk melakukan pemetaan wilayah produksi dan pendataan. Agar, baik petani cabai maupun petani bawang dapat memperkuat produksi sehingga terukur kapan panennya dan bisa digunakan pada periode yang sudah ditentukan," lanjutnya.

Berdasarkan laporan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional per Jumat (2/10/2020), harga cabai merah terpantau naik sejak 25 September 2020 dari Rp34.800 menjadi Rp39.300. Sementara untuk bawang merah dan bawang putih masih terpantau stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper