Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Manufaktur Amblas, Kemenkeu Beberkan Penyebabnya

Secara rata-rata, PMI pada kuartal 3 tahun 2020 yang sebesar 48,3 menggambarkan kondisi industri manufaktur yang masih menantang, meski sudah meningkat dibandingkan dengan PMI kuartal 2 tahun 2020 sebesar 31,73. Berikut penjelasan dari BKF terkait dengan kondisi ini.
Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan Manufacturing Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia turun dari 50,8 pada Agustus ke 47,2 pada September 2020 menjadi perhatian serius pemerintah.

Selain meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan, pemerintah juga terus mendorong efektivitas penyerapan anggaran pemulihan ekonomi nasional yang sampai kemarin belum optimal.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan bahwa respons kebijakan pemerintah sudah on-track, namun perlu diperkuat dalam penanganan

Covid-19 melalui peningkatan langkah TLI (Tes, Lacak, Isolasi) dan disiplin gerakan 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, dan Menjaga Jarak).

"Penguatan TLI oleh Pemerintah dan 3M oleh masyarakat sejauh ini merupakan best practice dalam mengendalikan Covid-19," kata Febrio dalam keterangan resmi, Kamis (1/10/2020).

Febrio menjelaskan pemerintah juga sedang melengkapi berbagai langkah perlindungan masyarakat miskin dan rentan terdampak melalui program perlindungan sosial serta dukungan terhadap dunia usaha agar dapat bertahan selama pandemi.

Adapun, Manufacturing Purchasing Managers’ Index (PMI) Indonesia turun dari 50,8 di Agustus menjadi 47,2 di September 2020. Angka ini menurut Februo adalah penurunan pertama sejak bulan April dan menunjukkan aktivitas manufaktur yang melemah di tengah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) karena masih tereskalasinya pandemi Covid-19.

Secara rata-rata, PMI pada kuartal 3 tahun 2020 yang sebesar 48,3 menggambarkan kondisi industri manufaktur yang masih menantang, meski sudah meningkat dibandingkan dengan PMI kuartal 2 tahun 2020 sebesar 31,73.

Febrio mengungkapkan threshold netral PMI adalah di angka 50 (angka di atas 50 menunjukkan adanya pertumbuhan positif secara bulanan). Secara lebih rinci, rilis PMI Manufaktur Indonesia pada September 2020 menunjukkan adanya aktivitas penjualan dan produksi yang dipengaruhi oleh PSBB di Jakarta pada pertengahan bulan September.

Lebih lanjut, kata Febrio, penurunan terjadi di sisi permintaan baru (new order) meskipun penurunannya lebih lambat dibandingkan kontraksi yang dalam pada Maret dan Juni saat puncak pandemi.

Penurunan penjualan berkontribusi pada kenaikan kapasitas berlebih (spare capacity) yang tercermin juga pada penurunan pekerjaan yang harus diselesaikan (backlogs of works) yang menghambat perekrutan tenaga kerja lebih lanjut.

Di sisi lain, perusahaan juga mengurangi aktivitas pembelian dan stok guna melakukan efisiensi. Tekanan di biaya input didorong oleh depresiasi nilai tukar dan diikuti oleh rendahnya harga penjualan.

Tercatat sejumlah perusahaan memberikan diskon untuk merangsang penjualan. PSBB juga menghambat kemampuan penyedia bahan baku (supplier) untuk memasok input secara tepat waktu.

IHS Markit yang mengeluarkan data PMI ini menjelaskan bahwa harapan mengenai output tahun 2021 sangat tinggi, tetapi optimisme tersebut akan sangat bergantung pada pengendalian pandemi.

"PMI sebagai indikator yang memprediksi ekonomi ke depan [leading indicators] sejalan dengan tren indikator mobilitas yang telah mengalami perbaikan walaupun dengan akselerasi yang melambat, mengingat masih terdapat eskalasi penularan Covid," tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper