Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WFH Bikin Permintaan Lampu Makin Terang

Berubahnya rutinitas mayoritas tenaga kerja membuat sebagian permintaan produk elektronika meningkat, salah satunya adalah lampu.
Ruang tamu/homedecoren.com
Ruang tamu/homedecoren.com

Bisnis.com, JAKARTA - Perubahan rutinitas sebagian tenaga kerja membuat sebagian permintaan produk elektronika meningkat, salah satunya adalah lampu.

Asosiasi Perlampuan Indonesia (Aperlindo) menyatakan ada peningkatan permintaan sekitar 15-20 persen selama pandemi dari bulan biasa. Adapun, seluruh peningkatan permintaan tersebut dinikmati oleh pabrikan lampu light emmiting diode (LED).

"Karena lifetime-nya lebih panjang dari LHE (Lampu Hemat Energi). Saat ini pangsa pasar lampu LED [meningkat menjadi] 65 persen di rumah tangga nasional," kata Ketua Umum Aperlindo John Manoppo kepada Bisnis, Kamis (24/9/2020).

John menyatakan kenaikan permintaan tersebut yang membuat utilisasi pabrikan stabil di kisaran 60-70 persen selama pandemi. Selain itu, belum ada pemutusan hubungan kerja (PHK) di industri perlampuan nasional.

Namun demikian, John berujar produktivitas per pabrikan jatuh karena pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19. Menurutnya, saat ini rata-rata produktivitas pabrikan turun sekitar 30-40 persen.

Selain itu, pangsa pasar produk lokal juga masih berada di posisi 20 persen.

John menilai setidaknya ada dua hal yang menyebabkan rendahnya pangsa produk lokal di pasar domestik.

Pertama, lemahnya strategi marketing pabrikan lampu nasional. John menilai kelemahan strategi marketing tersebut disebabkan oleh kecilnya lingkup pasar per pabrikan.

Seperti diketahui, saat ini baru ada 40 pabrikan lokal yang memproduksi lampu di dalam negeri. Adapun, kapasitas terpasang dari pabrikan lokal tersebut baru mencapai 120 juta unit lampu per tahun.

Sementara itu, pasar lampu nasional mencapai sekitar 600 juta unit lampu per tahun. Dengan kata lain, sekitar 480 juta unit lampu di dalam negeri berasal dari luar, mayoritas dari China.

Kedua, tidak adanya non-tarriff barrier yang melindnig pabrikan lokal. Menurutnya, rendahnya pangsa produk lokal disebabkan belum diwajibkannya Standar Nasional Indonesia (SNI) pada lampu LED.

Menurutnya, pabrikan lokal bahkan bisa meningkatkan kapasitas produksi hingga 50%. Pasalnya, arus lampu impor dari China melemah seiring mewabahnya virus korona di distrik Wuhan pada awal 2020.

"[Pangsa lampu China di pasar domestik] 85% karena varian harganya mulai dari level yang paling bawah sampai yang paling tinggi. Dengan adanya penurunan ini, produsen dalam negeri bisa memanfaatkan pelemahan arus impor tersebut," katanya.

Jhon menambahkan mewabahnya virus korona juga dapat melemahkan ketersediaan bahan baku produksi. Pasalnya, ujarnya, sebagian komponen lampu masih diimpor dari China.

Adapun, Jhon menyatakan pihaknya akan fokus mengajukan standar nasional Indonesia (SNI) wajib bagi lampu swaballast light emmiting diode (LED) pada tahun ini. Menurutnya, penerpan SNI tersebut menjadi penting lantaran teknologi produksi lampu swaballast LED telah jenuh, pengetatan SNI oleh Kementerian Perdagangan (Kemendag) di pasar, dan banyak investor yang menunggu SNI tersebut.

"[SNI diperlukan] intinya melindungi konsumen. Kalau tidak ada [SNI Wajib Lampu LED, nasib] konsumen bagaimana," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper