Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Bahan Baku Naik, Pabrik Etanol Ikut Terimbas

Para produsen etil alkohol (etanol) menilai kenaikan harga yang signifikan berpengaruh besar pada operasional mengingat molases merupakan bahan baku utama etanol.
Batang tebu memenuhi Pabrik Gula (PG) Mojo di Sragen, Jawa Tengah, milik PT Perkebunan Nusantara IX (Persero), Selasa (18/7). Pascarevitalisasi yang dimulai pada April lalu, PG Mojo menargetkan kapasitas giling hingga 4.000 ton cane per day (TCD) dari sebelumnya hanya 2.750 TCD./JIBI-Pamuji Tri Nastiti
Batang tebu memenuhi Pabrik Gula (PG) Mojo di Sragen, Jawa Tengah, milik PT Perkebunan Nusantara IX (Persero), Selasa (18/7). Pascarevitalisasi yang dimulai pada April lalu, PG Mojo menargetkan kapasitas giling hingga 4.000 ton cane per day (TCD) dari sebelumnya hanya 2.750 TCD./JIBI-Pamuji Tri Nastiti

Bisnis.com, JAKARTA -- Kenaikan harga tetes tebu (molases) ternyata tak hanya berimbas pada aktivitas produksi monosodium glutamate (MSG) saja. Para produsen etil alkohol (etanol) melaporkan bahwa operasional mereka turut terganggu.

“Naiknya cukup signifikan, dari Rp2.200 menjadi Rp3.200, kondisi ini cukup menekan kami sebagai pemroses,” kata Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Spiritus dan Etanol Indonesia (Asendo) Hendra Setiawan saat dihubungi, Rabu (9/9/2020).

Hendra mengemukakan bahwa kenaikan harga yang signifikan berpengaruh besar pada operasional mengingat molases merupakan bahan baku utama etanol. Dia menyebutkan setiap 1 liter produksi etanol memerlukan 4 kilogram molases.

“Sekarang karena bahan baku naik tentu daya beli pabrik menurun. Hanya yang besar saja yang masih bisa membeli untuk memenuhi kebutuhan. Tetapi kalau pabrik skala kecil tentu memilih mengurangi produksi,” ujarnya.

Hendra belum mengetahui secara pasti berapa total penurunan utilisasi di kalangan pabrik anggota Asendo. Adapun kapasitas produksi 6 pabrik anggota asosiasi mencapai 185 juta liter setiap tahunnya.

Meski tak memungkiri bahwa kenaikan harga bahan baku turut memengaruhi utilisasi dan mengerek harga etanol, Hendra memperkirakan pasokan etanol yang merupakan baku utama produk hand sanitizer dan disinfektan tidak akan terganggu.

Dia menyebutkan produksi etanol di dalam negeri selalu surplus dan pandemi hanya sedikit mendongkrak serapan lokal.

“Secara umum kenaikan harga ini tidak akan terlalu mengganggu pasokan dalam waktu dekat, untuk jangka panjang belum bisa saya perkirakan. Kita memang selalu surplus dan kenaikan permintaan tidak signifikan sampai mengganggu suplai,” tutur Hendra.

Dia juga mengemukakan bahwa perkembangan harga bahan baku ini telah dilaporkan Asendo kepada pemerintah dan DPR RI. Pemerintah diharapkan dapat mengatur tata niaga bahan baku, termasuk soal mekanisme lelang molases.

“Kami minta harga ini yang wajar dengan mekanisme lelang yang berpihak pada industri dalam negeri. Bagaimanapun selama pandemi ini industri strategis dan tentunya harus diperhatikan,” ujarnya.

Dia menyebutkan peningkatan ekspor bahan baku jangan sampai menjadi keuntungan yang dirasakan segelintir pihak dan justru memperlemah industri di dalam negeri. Tanpa regulasi yang tegas, bukan tak mungkin produsen dalam negeri bakal kesulitan memproduksi karena molases banyak diserap pasar luar negeri.

“Bukannya kami ingin berlindung di balik regulasi pemerintah, tetapi tata niaga minimal lebih diperhatikan. Paling tidak penuhi kebutuhan dalam negeri dengan wajar lalu ekspor,” kata Hendra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper