Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dihantui Resesi, Utang Indonesia Bertambah jadi Rp5.515 Triliun per Akhir Agustus

Wamenkeu menjelaskan bahwa rasio utang cenderung naik dipengaruhi oleh suku bunga dan nilai tukar serta peningkatan penerbitan SBN untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan seiring dengan pelebaran defisit untuk penangan Covid-19.
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) bersama dengan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di Kantor DJP, Jakarta, Selasa (10/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) bersama dengan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di Kantor DJP, Jakarta, Selasa (10/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah bayang-bayang resesi akibat dampak pandemi, Kementerian Keuangan Melaporkan rasio utang Indonesia per akhir Agustus 2020 mengalami kenaikan sekitar Rp251 triliun dibandingkan semester I/2020.

Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan bahwa hingga pertengahan tahun, utang nasional mencapai Rp5.264 triliun. Angka tersebut yaitu 32,96 persen dari total produk domestik bruto (PDB) sekitar Rp15.972 triliun.

“Rasio utang terhadap PDB ada angka terakhir. Sampai Agustus sebesar 34,53 persen,” katanya saat rapat kerja dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senin (7/9/2020).

Jika terjadi kenaikan 34,53 persen, maka utang Indonesia sekitar Rp5.515 triliun. Suahasil menjelaskan bahwa rasio utang cenderung naik dipengaruhi oleh suku bunga dan nilai tukar serta peningkatan penerbitan SBN untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan seiring dengan pelebaran defisit untuk penangan Covid-19.

Berdasarkan Undang-Undang nomor 17 tahun 2013 tentang keuangan negara, rasio utang Indonesia masih aman jika di bawah 60 persen.

Sementara itu, Suahasil menjelaskan rasio keseimbangan primer terhadap produk domestik bruto (PDB) hingga semester I negatif Rp100,18 triliun.

“Sehingga rasio keseimbangan primer terhadap PDB sampai Juni mencapai -0,61 persen,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper