Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Strategi APL Hadapi Pandemi Covid-19

Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membatasi operasional pusat perbelanjaan seperti mal dan trade mall sehingga mempengaruhi kinerja PT Agung Podomoro Land Tbk.
Proyek Neo Soho Podomoro City besutan PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN)
Proyek Neo Soho Podomoro City besutan PT Agung Podomoro Land Tbk. (APLN)

Bisnis.com, JAKARTA - PT Agung Podomoro Land Tbk. (APL) memastikan bahwa anak usahanya yaitu PT Sinar Menara Deli (SMD) telah memperpanjang jatuh tempo MTN senilai Rp350 miliar hingga 22 Agustus 2021, dari semula yang telah jatuh tempo pada 26 Agustus 2020.

Corporate Secretary APL Justini Omas mengatakan bahwa perpanjangan jatuh tempo MTN sudah selesai diaktakan pada 24 Agustus 2020.

"Manajemen utang yang terkontrol ini adalah bagian dari strategi APL dalam menghadapi pandemi Covid-19 yang membuat ekonomi domestik dan global memburuk," jelasnya, Rabu (2/9/2020).

Menurutnya dengan telah diselesaikannya perpanjangan jatuh tempo MTN SMD tersebut, Fitch Ratings menaikkan kembali peringkat APL menjadi C.

Justini mengungkapkan, bahwa dampak pandemi Covid-19 telah mempengaruhi industri properti. Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) juga membatasi operasional pusat perbelanjaan seperti mal dan trade mall.

Sementara sektor perhotelan saat ini masih terus memulihkan kepercayaan pelanggan.

"Kami terus melakukan berbagai inisiatif untuk mendorong aktivitas bisnis di tiga sektor itu terus meningkat. Kami percaya di tengah tantangan yang ada tetap ada peluang untuk mengoptimalkan pendapatan," ungkap Justini.

Beberapa inisiatif yang dilakukan APL diantaranya adalah mendorong produk-produk properti baru di lokasi proyek-proyek di berbagai daerah. "Hasilnya cukup menggembirakan," ujarnya.

Penjualan produk rumah tapak di sejumlah kawasan hunian seperti Podomoro Park Bandung, Podomoro Golf View di Cimanggis, dan Vimalla Hills di Bogor memperlihatkan trend membaik dan meningkat.

Sampai dengan Juli 2020 lalu APL sukses meraih marketing sales atau pra-penjualan sebesar Rp610 miliar (di luar pajak pertambahan nilai/PPN). Perseroan optimis dapat mencapai target marketing sales sekitar Rp1,2 triliun hingga akhir 2020.

Sebelumnya, Analis Finvesol Consulting Indonesia Fendi Susiyanto mengatakan opini yang disampaikan oleh lembaga rating dapat memperburuk situasi.

Dia pun mengemukakan lembaga pemeringkat mesti lebih berhati-hati dalam mengeluarkan data peringkat utang saat pandemi ini. Menurutnya lembaga pemeringkat harus objektif bahwa saat ini situasinya sedang krisis.

Pasalnya, jatuhnya peringkat utang, lanjut Fendi, dapat dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk mengambil keuntungan. Misalnya sahamnya jatuh, sehingga ada kesempatan untuk membeli lebih banyak saham di bursa dengan harga murah.

Padahal kondisi fundamental emiten bersangkutan belum tentu seburuk yang digambarkan oleh lembaga pemeringkat itu.

"Inilah yang perlu dicermati oleh investor dan juga regulator terkait opini yang dikembangkan oleh lembaga rating,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper