Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi 5,5 Persen Tahun 2021? Ini Kata Stafsus Menkeu

Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo mengatakan pemerintah akan terus memacu pemulihan ekonomi terjadi pada akhir tahun ini, terutama pada kuartal III dan IV/2020.
Kendaraan melintas di kawasan Simpang Susun Semanggi saat diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta, Senin (13/4/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Kendaraan melintas di kawasan Simpang Susun Semanggi saat diberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta, Senin (13/4/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah menyiapkan berbagai upaya untuk dapat mencapai target pertumbuhan ekonomi dengan kisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen pada 2021.

Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo mengatakan pemerintah akan terus memacu pemulihan ekonomi terjadi pada akhir tahun ini, terutama pada kuartal III dan IV/2020.

"Target 2021 sangat bergantung dengan pencapaian pada 2020. Kalau 2020 bisa diatasi dengan baik, pertumbuhan ekonomi 0 persen saja sudah start yang bagus," katanya, dalam webinar, Sabtu (15/8/2020).

Seperti diketahui, pemerintah kembali merevisi target pertumbuhan ekonomi tahun ini. Awalnya, pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi akan berada pada kisaran -0,4 persen hingga 2,3 persen.

Namun, setelah melihat realisasi ekonomi yang turun cukup dalam pada kuartal II/2020, yaitu minus 5,32 persen, pemerintah kembali memperkirakan ekonomi tahun ini akan mengarah ke pertumbuhan negatif, -1,1 hingga 0 persen.

Yustinus menjelaskan, pemerintah telah mengucurkan berbagai bentuk bantuan sosial untuk mendorong konsumsi masyarakat, yang berkontribusi paling besar dalam struktur PDB Indonesia.

Di samping itu, insentif juga diberikan kepada dunia usaha dan pemerintah pun sudah mulai mempercepat belanja. Program-program tersebut akan tetap dilanjutkan pemerintah pada 2021.

Menurutnya, RUU Cipta Kerja juga akan mendorong investasi asing ke depannya. Selama ini investor asing dinilai ragu masuk ke Indonesia dikarenakan sulitnya perizinan dan mahalnya logistik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper