Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APD Impor Masif, Produsen Lokal Kurangi Kapasitas Produksi

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor PPM telah mencapai sekitar 7,7 juta unit selama Januari-Mei 2020, sedangkan impor jubah medis sekitar 419.000 unit.
Seorang peserta pelatihan Balai Latihan Kerja (BLK) mengenakan alat pelindung diri (APD) yang diproduksi sesuai dengan standar keamanan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di BLK Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (27/3/2020). Pemkot Semarang menargetkan dapat memproduksi  100 unit baju pelindung tenaga medis per hari dengan total target 5.000 unit untuk didistribusikan secara gratis ke sejumlah rumah sakit yang menangani kasus virus Corona (COVID-19) di Kota Semarang. ANTARA FOTO/Aji Styawan
Seorang peserta pelatihan Balai Latihan Kerja (BLK) mengenakan alat pelindung diri (APD) yang diproduksi sesuai dengan standar keamanan Gugus Tugas Penanganan COVID-19 di BLK Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (27/3/2020). Pemkot Semarang menargetkan dapat memproduksi 100 unit baju pelindung tenaga medis per hari dengan total target 5.000 unit untuk didistribusikan secara gratis ke sejumlah rumah sakit yang menangani kasus virus Corona (COVID-19) di Kota Semarang. ANTARA FOTO/Aji Styawan

Bisnis.com, JAKARTA — Produsen Alat Pelindung Diri (APD) medis seperti Pakaian Pelindung Medis (PPM) dan jubah medis berorientasi lokal telah mengurangi kapasitas produksi menyusul melimpahnya produk impor di pasar. 

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor PPM telah mencapai sekitar 7,7 juta unit selama Januari-Mei 2020, sedangkan impor jubah medis sekitar 419.000 unit. Angka tersebut didapatkan jika satu unit PPM maupun jubah medis memiliki gramasi sekitar 60-70 gram. 
 
"Ada [penurunan kapasitas produksi] cuma saya tidak tahu berapa besar. Saya dengar banyak [pabrikan APD] setop [produksi]. Yang kemarin buat dipasok ke Kementerian Kesehatan masih ada. Kan [produksi awal pabrikan APD] tidak jadi diambil [Kementerian Kesehatan]," ucap Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen (APSyFI) Redma Wirawasta kepada Bisnis, Minggu (26/7/2020). 
 
Dia menyatakan banyak pabrikan APD lokal yang menghentikan proses produksi karena masifnya produk APD impor. Meski ada pabrikan lokal yang masih berproduksi, produk yang dihasilkan mayoritas untuk memenuhi permintaan pasar global sebagai jalan menjaga tidak terjadinya pengurangan kapasitas terpasang
 
Redma menyatakan saat ini, pasar APD lokal telah dipenuhi oleh APD impor dengan kualitas level 1-2 yang memiliki gramasi rendah. Sementara itu, mayoritas produsen lokal kini memproduksi APD level 3-4.

Seperti diketahui, APD memiliki 4 level dengan level 4 memiliki kualitas tertinggi. 

Dia melanjutkan strategi yang digunakan produsen agar produknya terserap di pasar lokal adalah melakukan penjualan langsung ke dokter atau rumah sakit. 
 
Di sisi lain, volume impor PPM selama 5 bulan pertama 2020 telah mampu memenuhi permintaan PPM nasional selama April-Desember 2020. 
 
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat ada 72 unit pabrikan PPM dengan kapasitas produksi mencapai 54,06 juta unit per bulan sejak April 2020. Sementara itu, total permintaan PPM selama April-Desember 2020 hanya sekitar 8,5 juta unit. 
 
Dengan kata lain, volume impor selama Januari-Mei 2020 mampu memenuhi sekitar 91,18 persen total permintaan nasional hingga akhir tahun. Di samping itu, kemampuan produksi pabrikan lokal membuat pasar APD nasional oversupply, bahkan jika impor tidak ada sama sekali. 
 
Di sisi lain, produsen jubah medis di dalam negeri hanya ada 16 unit pabrik dengan kapasitas produksi 3,1 juta unit per bulan. Adapun total permintaan selama April-Desember 2020, mencapai 3,2 juta unit. 
 
Dengan demikian, pasokan jubah bedah hingga akhir 2020, di dalam negeri telah berlebih hingga 13,2 juta unit tanpa adanya impor. Namun, volume impor selama Januari-Mei 2020, telah mampu mengisi 13,05 persen dari total permintaan jubah medis hingga akhir tahun. 
 
Adapun, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mendata laju pertumbuhan nilai impor APD telah melambat pada Juni dan Juli 2020. Redma menilai hal tersebut karena volume impor selama April-Mei 2020 sudah terlalu banyak. 
 
"Stok [APD impor] di dalam banyak, jadi orang tidak mau ambil risiko [dengan mengimpor APD terlalu banyak lagi]," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper