Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemulihan ekonomi : Strategi Ekspor Jangka Pendek Bukan Jawaban

Pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan turun lebih dalam dibandingkan pertumbuhan Indonesia bakal menjadi sandungan utama dalam mencapai target jangka pendek. 
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA- Pemerintah disarankan tak terlalu menaruh harap pada strategi jangka pendek untuk mengamankan kinerja ekspor.

Pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan turun lebih dalam dibandingkan pertumbuhan Indonesia bakal menjadi sandungan utama dalam mencapai target jangka pendek. 

“Saat ini ekspor tidak bisa diandalkan karena permintaan global tumbuh melambat lebih dalam dibandingkan permintaan nasional, jadi strategi jangka pendek pun saya kira tidak akan berpengaruh banyak dalam menjaga kinerja ekspor, apalagi untuk meningkatkannya,” kata Kepala Ekonom Center for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri saat dihubungi, Sabtu (25/7/2020).

Dalam proyeksi terbaru Dana Moneter Internasional (IMF) pada Juni lalu, ekonomi global diperkirakan bakal terkontraksi sampai -4,9 persen, lebih dalam dari proyeksi pada April yang dipatok di angka -3,0 persen.

Sementara untuk Indonesia, IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional bisa turun sampai 0,3 persen pada 2020. Perkiraan tersebut sejalan dengan proyeksi pemerintah yang memproyeksikan bahwa ekonomi Indonesia akan turun sampai 0,4 persen atau tumbuh 1 persen.

Untuk aktivitas perdagangan, Yose mengatakan ekspor Indonesia diperkirakan terkontraksi sampai -16 persen. Nilai impor pun diperkirakan turun sampai -18 persen dan diikuti dengan menyempitnya defisit neraca perdagangan.

“Jika dengan strategi tersebut, saya tidak yakin jangka pendek akan efektif dan ampuh. Tetap perlu strategi jangka menengah dan panjang,” lanjutnya.

Dalam Rencana Strategis Kementerian Perdagangan 2020-2024 sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 46 Tahun 2020, neraca perdagangan yang mulanya ditargetkan dapat surplus sampai US$0,3 miliar pun direvisi menjadi defisit sampai US$1,5 miliar akibat pandemi Covid-19.

Kementerian Perdagangan pun merevisi target pertumbuhan ekspor nonmigas. Ekspor nonmigas yang diharapkan tumbuh sampai 5,2 persen pada tahun ini pun diperkirakan bakal terkontraksi sampai -13,5 persen.

Kementerian Perdagangan sendiri masih optimistis mempertahankan sejumlah target yang ditetapkan untuk 2021-2024.

Melihat serangkaian proyeksi ekonomi dalam waktu dekat yang masih diselimuti performa negatif, Yose mengemukakan bahwa strategi penguatan ekspor sebaiknya diarahkan pada pembenahan faktor-faktor internal dan eksternal.

Untuk di dalam negeri misalnya, dia mengatakan masalah efisiensi pada aktivitas produksi nasional seharusnya bisa menjadi fokus pembenahan.

“Perlu ada perbaikan produksi, bagaimana memperbaiki daya saing. Ini masalah yang berkali-kali dibahas, termasuk persoalan ketenagakerjaan, korupsi, biaya produksi yang tinggi,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper