Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Strategi Kemendag Jaga Performa Ekspor, Ini Komentar Pelaku Usaha

Kementerian Perdagangan akan fokus menggarap potensi ekspor pada 19 negara dalam setahun ke depan antara lain Australia, Selandia Baru, Inggris, Jerman, Italia, Prancis, dan Uni Emirat Arab.
Foto aerial pelabuhan peti kemas Koja di Jakarta. (25/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha
Foto aerial pelabuhan peti kemas Koja di Jakarta. (25/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA- Kalangan dunia usaha menyatakan strategi jangka pendek, menengah, dan panjang yang ditetapkan Kementerian Perdagangan untuk menjaga kinerja ekspor masih cukup mungkin untuk direalisasikan.

Meski demikian, tugas meningkatkan performa ekspor tetap memerlukan komitmen berbagai kementerian dan lembaga. 

“Strategi Kemendag pada dasarnya adalah strategi hilir atau penetrasi pasar, tetapi tidak menjawab masalah inti dari penetrasi yakni efisiensi rantai pasok dan kompatibilitas daya saing produk kita,” kata Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani kepada Bisnis, Sabtu (25/7/2020).

Menurut Shinta, 80 persen sampai 90 persen kendala dalam daya saing produk Indonesia justru berasal dari permasalahan proses produksi di dalam negeri, bukan masalah kelancaran ekspor atau penetrasi pasar semata.

“Apabila strategi ini dilakukan tanpa dibarengi dengan upaya untuk meningkatkan efisiensi produksi, peningkatan daya saing berupa perbaikan kuantitas, kualitas, dan penyesuaian produk sesuai kebutuhan pasar, maka peningkatan ekspor tidak akan sesuai target,” ujarnya.

Keberhasilan strategi peningkatan ekspor sendiri bisa berhasil dengan berangkat pada asumsi bahwa produk ekspor nasional selalu memiliki daya saing yang baik dan memiliki kompatibilitas tinggi terhadap kebutuhan pasar.

Sayangnya, kata Shinta, kedua asumsi tersebut hanya dapat diraih dengan perubahan struktural di dalam negeri serta kerja keras berbagai pihak.

Terutama jika arah peningkatan ekspor menyasar pada produk nonmigas nasional yang memiliki permasalahan kompleks, mulai dari masalah investasi, kelancaran pasokan input produksi, efisiensi, standar, dan logistik ekspor.

“Di lain pihak, kita juga perlu ingat bahwa pasar global terus menerus berubah. Khusus karena Covid-19, kami melihat karakteristik pasar global menjadi lebih demanding terhadap efisiensi dan kriteria produk,” lanjutnya.

Dia pun menyoroti minimnya sorotan terhadap dinamika pasar tersebut dalam strategi yang ditetapkan Kemendag. Oleh karena itu, dia pun mengusulkan agar pemerintah dapat mengatasi berbagai permasalahan internal yang mengganjal efisiensi dan daya saing produk di dalam negeri. 

Menteri Perdagangan Agus Suparmanto sebelumnya membeberkan serangkaian strategi yang guna tetap mendorong ekspor produk Indonesia. Strategi ini terbagi menjadi strategi jangka pendek, menengah dan panjang.

Untuk jangka pendek, pihaknya bakal fokus mendorong ekspor produk yang tumbuh positif di tengah pandemi Covid-19, seperti makanan, minuman, dan alat-alat kesehatan. Agus pun mengemukakan akan mendorong ekspor produk yang berpotensi kembali pulih aktivitas produksinya pascapandemi Covid-19 seperti tekstil dan otomotif.

“Kemendag juga mendorong produk yang baru muncul akibat pandemi seperti produk farmasi dan inovasi baru, atau hasil relokasi industri dari negara lain ke Indonesia,” terang Agus dalam seminar daring yang digelar Kadin pekan lalu.

Adapun untuk pendekatan pasar, Agus mengatakan Kemendag bakal berfokus pada 19 negara dalam setahun ke depan. Negara-negara ini dinilai sebagai pasar potensial karena mulai pulih usai penanganan Covid-19, seperti Australia, Selandia Baru, Inggris, Jerman, Italia, Prancis, Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, Kuwait, Qatar, Aljazair, Kanada, dan Meksiko.

Untuk jangka menengah dan panjang, Kemendag akan menyasar pada upaya mempertahankan pangsa pasar dengan produk yang telah mendominasi di negara tujuan ekspor.

Selain itu, Agus mengatakan Kemendag akan meningkatkan pangsa pasar produk yang potensial, yakni produk dengan nilai ekspor meningkat dalam lima tahun.

Sementara itu, Kemendag juga terus mengevaluasi produk yang ekspornya turun, dan relaksasi ekspor dan impor bagi barang yang dibutuhkan industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper