Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Covid-19, KAI Tetap Pede Pendapatan Bakal Naik Tahun Ini

KAI optimistis realisasi pendapatan bisa naik tipis senilai Rp5,6 triliun menjadi Rp28,3 triliun pada masa normal baru pandemi Covid-19.
Jajaran direksi PT Kereta Api Indonesia berkunjung ke Bisnis Indonesia, Senin (18/5/2020) .JIBI/Bisnis-Dedi Gunawan
Jajaran direksi PT Kereta Api Indonesia berkunjung ke Bisnis Indonesia, Senin (18/5/2020) .JIBI/Bisnis-Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (persero) optimistis realisasi pendapatan bisa naik tipis senilai Rp5,6 triliun dari target tahun ini dari Rp22,7 triliun menjadi Rp28,3 triliun, dengan asumsi tetap menghadapi kondisi normal baru pada tahun depan.

Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo menuturkan khusus untuk tahun ini target pendapatan akhir tahun juga tidak berbeda dibandingkan dengan pada 2019 yakni senilai Rp22,7 triliun. Besaran tersebut, dengan mempertimbangkan kondisi ekonomi dan transportasi yang belum menentu.

“Kami antisipasi pada 2021 belum terlalu baik. Kemudian 2021 mengalami sedikit kenaikan menjadi Rp28,3 triliun. Namun kenaikan pendapatan ini utamanya adalah dari kenaikan penumpang bukan barang,” jelasnya, Rabu (8/7/2020).

Didiek melanjutkan juga telah merancang target secara jangka lima tahun mendatang agar pendapatan bisa naik bertahap. Di antaranya pada 2022 menjadi Rp35 tiliun, kemudian pada 2023 Rp38 triliun, hingga pada 2024 senilai Rp43,3 triliun.

Dia menjelaskan KAI sudah mengoperasikan sejumlah KA jarak jauh tetapi animo masyarakat masih belum tinggi karena terdapat batasan jaga jarak hingga kapasitas penumpang per gerbong hanya mencapai 70 persen. Selain itu penumpang tetap harus memenuhi protokol standar kesehatan dengan dokumen tes cepat ataupun swab.

“Jadi ke depan, kami akan meningkatkan program angkutan barang dalam rangka mendorong angkutan logistik nasional agar memberikan dampak bagi KAI. Apa saja kami angkut UMKM, mebel, sayuran ikan, kendati enggak seberapa pendapatannya,” tekannya.

Operator pelat merah tersebut untuk konsisten menjalankan sejumlah strategi selama pandemi belum berakhir. Diantaranya, menjaga likuiditas tetap berjalan dan melakukan efisiensi biaya hingga 40 persen.

Menurut Didiek jika biaya tersebut tidak dapat dipangkas, maka akan digeser prioritasnya menjadi tahun-tahun selanjutnya melalui negosiasi vendor, perawatan sarana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper