Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Batu Bara Tertekan, Produksi Nasional Perlu Dikendalikan?

Kenaikan produksi batu bara percuma karena pasokan yang tinggi justru menekan harga jual emas hitam itu
Aktivitas pertambangan batu bara kelompok usaha PT Indo Tambangraya Megah Tbk. /itmg.co.id
Aktivitas pertambangan batu bara kelompok usaha PT Indo Tambangraya Megah Tbk. /itmg.co.id

Bisnis.com, JAKARTA— Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Baru Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia menilai perlu pengendalian produksi batu bara nasional untuk mengatasi tren penurunan harga emas hitam itu karena pandemi virus corona menekan permintaan.

Hendra mengatakan bahwa pandemi virus corona yang berkelanjutan membuat banyak perusahaan batu bara merugi. Dia menyebut penyebabnya berasal dari permintaan pasar internasional mengalami penurunan, sementara produksi berjalan normal sehingga menyebabkan kondisi kelebihan pasokan dan akhirnya menekan harga batu bara.

"Bisa dibayangkan produksi tetap normal, permintaan ekspor berkurang. Kemudian harga domestik lebih bagus dari ekspor perusahaan-perusahaan berlomba masuk pasar domestik. Tetapi pasar domestiknya mengecil," katanya, Selasa (30/6/2020).

Menurutnya, guna mengatasi penurunan harga dan menjaga ketahanan perusahaan-perusahaan batu bara mampu bertahan, pembatasan produksi perlu dilakukan. Pasalnya, Indonesia memiliki peran sebagai salah satu eksportir terbesar batu bara secara global.

Namun, hal ini juga dirasa sulit mengingat perusahaan memiliki strategi sendiri untuk bertahan di tengah pandemi. Bahkan, beberapa perusahaan berniat menaikkan produksi untuk mempertahankan pangsa pasarnya.

"Pemerintah perlu mempertimbangkan produksi dalam beberapa bulan ke depan bisa dikendalikan sehingga balance supply-demand lebih bagus," katanya.

Di sisi lain, pengusaha batubara juga berharap agar mendapat dukungan insentif dari pemerintah berupa relaksasi pembayaran royalti, seperti penghapusan Harga Patokan Batubara (HPB) untuk acuan perhitungan royalti dan PNBP hingga perpanjangan jatuh tempo untuk finalisasi royalti.

Adapun, Kementerian ESDM mencatat realisasi volume ekspor sampai dengan Mei 2020 mencapai 175,15 juta ton dengan nilai US$7,77 miliar. Volume ekspor Januari-Mei 2020 tersebut turun 10 persen dibanding realisasi ekspor pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai 193,82 juta ton. Secara nilai juga tercatat turun 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yakni US$9,46 miliar.

Sementara itu, produksi batu bara hingga akhir tahun diperkirakan dapat mencapai target produksi yang dipatok sebesar 550 juta ton. Hingga Mei 2020, realisasi produksi batubara mencapai 228 juta ton atau telah mencapai 42 persen dari target tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper