Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dirut Pertamina Ngotot Bangun Kilang

Masih adanya gap yang besar antara kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) dan kapasitas produksi kilang nasional, menjadi alasan PT Pertamina (Persero) melanjutkan proyek pembangunan kilang.
Kilang Pertamina di Tanjung Priok/Bloomberg - Dimas Ardian
Kilang Pertamina di Tanjung Priok/Bloomberg - Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) masih memiliki komitmen kuat untuk membangun sejumlah kilang yang ditargetkan rampung pada 2026.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan bahwa pada saat ini kebutuhan bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri berada pada kisaran 1,3 juta barel—1,4 juta barel per harinya.

Sementara itu, kapasitas kilang yang dimiliki Indonesia pada saat ini hanya 1 juta barel per hari dengan produksi sebesar 900.000 barel per hari.

Dengan demikian, kata Nicke, terdapat kebutuhan impor BBM sekitar 500.000 barel setiap harinya untuk memenuhi permintaan domestik.

"Ini menjadi hal mendasar, jika pada saat pandemi saat ini, sejumlah negara menerapkan lockdown dan tidak bisa mengirim BBM, maka kebutuh dalam negeri akan terganggu," katanya dalam RDP dengan Komisi VI DPR, Senin (29/6/2020).

Selain itu, Nicke menjelaskan bahwa kilang-kilang yang dimiliki saat ini hanya mampu menghasilkan produk BBM dengan kualitas Euro 2.

Menurut dia, hal itu tidak sesuai dengan standar lingkungan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) sejak 2017 lalu.

"KLHK telah menetapkan Euro 4 karena tidak sesuai dengan requirement lingkungan," jelasnya.

Lebih jauh, Nicke menegaskan pembangunan kilang tersebut masih harus dilanjutkan meskipun adanya peralihan tren dari BBM fosil menuju energi baru dan terbarukan.

Nicke menuturkan, meskipun tren penggunaan energi baru dan terbarukan diproyeksikan memasuki masa puncaknya pada 2030, sepanjang masa peralihan tersebut masih dibutuhkan BBM fosil.

Tidak hanya itu, pembangunan kilang yang saat ini dikerjakan Pertamina tidak hanya untuk memproduksi BBM, melainkan bisa diintegrasikan untuk mengolah petrokimia dan juga biodiesel.

"Jadi ini bisa di swtich ketika demand fuel turun maka memproduksi petrokimia, jadi jangan sampai kita takut masa depan tapi hari ini kita babak belur," imbuhnya.

Pertamina masih mengejar target untuk kemandirian energi nasional dengan menyetop impor bahan bakar minyak pada 2026.

Upaya tersebut dilakukan dengan mengebut pengerjaan proyek pengembangan kilang dan pembangunan kilang baru.

Apabila proyek tersebut rampung, nantinya kilang yang saat ini berkapasitas 1 juta barel per hari akan meningkat dua kali lipat menjadi 2 juta barel perhari sehingga kebutuhan BBM dapat terpenuhi tanpa perlu impor.

Dengan total investasi sekitar US$48 miliar, RDMP dan GRR tersebut diklaim bakal menyediakan lapangan pekerjaan untuk sekitar 130.000 orang saat konstruksi dan sekitar 10.000 orang saat beroperasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper