Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank of Japan Diperkirakan Kembali Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi

Proyeksi global yang suram serta keadaan darurat yang panjang di Jepang membuat anggota dewan BOJ perlu mempertimbangkan proyeksi triwulanan mereka ketika mereka bertemu pada 14-15 Juli.
Bank of Japan/REUTERS
Bank of Japan/REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA – Bank of Japan diperkirakan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam pertemuan kebijakan bulan menyusul dampak nyata pandemi virus corona pada ekonomi domestik dan global.

Dana Moneter Internasional (IMF) awal pekan mengoreksi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi minus 4,9 persen akibat wabah Covid-19 serta memperkirakan pemulihan akan berlangsung lebih lambat dari perkiraan.

Proyeksi global yang suram serta keadaan darurat yang panjang di Jepang membuat anggota dewan BOJ perlu mempertimbangkan proyeksi triwulanan mereka ketika mereka bertemu pada 14-15 Juli 2020.

Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda mengatakan bahwa ada ketidakpastian yang signifikan atas prospek pertumbuhan ekonomi

"Pandemi Covid-19 berlanjut secara global, dan kekhawatiran terhadap gelombang kedua virus telah meningkat baru-baru ini," ungkap Kuroda dalam konferensi virtual pada Jumat (26/6/2020), seperti dikutip Bloomberg.

Penurunan proyeksi BOJ dengan sendirinya tidak mungkin mendorong tindakan pelonggaran lebih lanjut oleh bank sentral, meskipun ekonom mengatakan perhitungan bisa berubah jika pasar juga menjadi lebih gelisah dan yen tiba-tiba menguat.

"BOJ mungkin akan memangkas proyeksi. Tapi bukan berarti ada pelonggaran lanjutan. Fokus mereka sekarang adalah pada pendanaan perusahaan dan pasar keuangan," kata ekonom senior di Mitsubishi UFJ Morgan Stanley Securities, Hiroshi Miyazaki.

Bank sentral memberi isyarat pada pertemuan Juni bahwa mereka akan memantau dampak program pinjamannya dan langkah-langkah stimulus lainnya yang bernilai sekitar US$1 triliun untuk saat ini.

IMF juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Jepang menjadi minus 5,8 persen pada tahun 2020 akibat virus corona, lebih besar daripada resesi akibat krisis keuangan global silam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Hafiyyan
Sumber : bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper