Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF Imbau Stimulus Fokus ke Sektor Produktif, 3 Negara Bisa Jadi Contoh

Menurut IMF, kebijakan secara bertahap harus bergeser ke arah mendorong orang untuk kembali bekerja dan memfasilitasi realokasi pekerja ke sektor-sektor yang permintaannya meningkat. 
Managing Director International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva dalam konferensi pers virtual Spring Meetings 2020/ Bloomberg - Andrew Harrer
Managing Director International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva dalam konferensi pers virtual Spring Meetings 2020/ Bloomberg - Andrew Harrer

Bisnis.com, JAKARTA – Dana Moneter Internasional (IMF) menyerukan agar negara-negara yang telah membuka kembali ekonominya untuk menyudahi secara bertahap bantalan sosial tertarget.

Kebijakan yang harus diambil justru dengan memberikan stimulus untuk mengangkat permintaan guna mengurangi risiko kontraksi ekonomi lebih lanjut.

Kebijakan secara bertahap harus bergeser ke arah mendorong orang untuk kembali bekerja dan memfasilitasi realokasi pekerja ke sektor-sektor yang permintaannya meningkat. 

Ini bisa berupa pengeluaran untuk pelatihan pekerja dan subsidi bagi pekerja yang menghadapi risiko besar pengangguran. Dari penelusuran Bisnis, tiga  negara berikut ini memiliki kebijakan yang lebih maju terkait dengan imbauan IMF ini.

Berikut ini tiga negara yang telah menggelontorkan stimulus tersebut:

1. China

Bank sentral China mengumumkan kebijakan baru untuk meningkatkan pasokan pinjaman kepada ekonomi riil. Dalam pernyataan pada Senin (1/6/2020), People’s Bank of China (PBOC) mengatakan akan secara sementara membeli kredit yang dibuat untuk usaha kecil dan menengah dari beberapa bank lokal.

Rencana ini akan menggunakan dana senilai 400 miliar yuan (US$56 miliar) dari program terpisah untuk membeli 40 persen kredit tanpa jaminan ke perusahaan kecil dan menengah dengan batas waktu pinjaman setidaknya selama enam bulan yang dibuat antara 1 Maret dan 31 Desember 2020.

Selain itu, Pemerintah China akan membelanjakan anggaran sekitar US$205 miliar tahun ini untuk proyek-proyek, di antaranya dari jaringan 5G, peningkatan jaringan listrik, hingga pembaruan rel kereta api. Upaya ini dilakukan untuk menghidupkan kembali perekonomian setelah wabah virus Corona.

BloombergNEF mengungkapkan, sektor-sektor tersebut adalah di antara tujuh sektor yang diidentifikasi pemeritah sebagai "infrastruktur baru," yang ingin diprioritaskan dalam pemulihan ekonomi.

2. Australia

Parlemen Australia akan mengesahkan rencana stimulus fiskal senilai A$ 130 miliar (US$80 miliar) pada hari Rabu (8/4/2020), yang ditujukan untuk pekerja dalam upaya menahan dampak virus Corona terhadap perekonomian.

"Ini belum pernah terjadi sebelumnya dalam skala dan cakupannya, dan sekitar 6 juta pekerja dapat menggunakan program ini agar tidak kehilangan pekerjaan," kata Menteri Keuangan Australia Josh Frydenberg dalam sebuah wawancara televisi, seperti dikutip Bloomberg.

Paket kebijakan ini ditujukan untuk membayar subsidi upah sebesar A$1.500 setiap dua pekan per karyawan untuk membantu bisnis agar tidak melakukan PHK karyawan mereka.

Selain itu, Australia juga mengumumkan paket stimulus senilai A$688 juta (US$476 juta) yang ditujukan untuk memperkuat industri konstruksi perumahan, ketika pandemi Corona menggiring ekonomi Negeri Kanguru masuk ke dalam jurang resesi.

Kontraktor dan pemilik rumah baru yang melakukan renovasi besar-besaran akan mendapatkan dana senilai A$25.000 dalam program yang dijadwalkan berakhir pada akhir tahun.

3. Singapura

Menteri Keuangan Singapura Heng Swee Keat mengelontorkan paket fiskal keempat sebesar S$33 miliar (US$23 miliar) yang akan digunakan untuk memberikan dukungan khusus demi menyelamatkan lapangan kerja.

Heng mengungkapkan paket stimulus baru ini akan membantu bisnis dan pekerja yang terkena dampak penutupan perbatasan dan pembatasan pergerakan.

Dengan paket baru ini, total bantuan Singapura hingga saat ini telah mencapai S$100 miliar atau sekitar 20 persen dari produk domestik bruto. Bantuan ini digulirkan setelah indikasi pertumbuhan ekonomi menujukan kontraksi terburuk dalam sejarah Singapura sebagai negara merdeka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper