Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wah, Pabrik Gula Swasta dan BUMN Rebutan Bahan Baku

Pabrik gula swasta dan badan usaha milik negara (BUMN) disebut sedang berebut untuk mendapatkan pasokan tebu dari petani.
Buruh memanen tebu untuk dikirim ke pabrik gula di Ngawi, Jawa Timur, Selasa (8/8)./ANTARA-Ari Bowo Sucipto
Buruh memanen tebu untuk dikirim ke pabrik gula di Ngawi, Jawa Timur, Selasa (8/8)./ANTARA-Ari Bowo Sucipto

Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi persaingan tak sehat berpeluang terjadi di industri gula nasional. Persaingan itu terjadi antara pabrik gula swasta dan pabrik badan usaha milik negara (BUMN).

Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Budi Hidayat mengatakan saat ini tengah muncul tren di mana pabrik gula swasta dan BUMN berebut bahan baku yakni tebu.

“Ada persaingan yang tak seimbang karena sejumlah faktor," kata Budi kepada Bisnis, Minggu (21/6/2020).

Budi mengatakan pabrik swasta dapat membeli bahan baku tebu dengan harga yang lebih bersaing. Pasalnya, sejumlah pabrik swasta ini sempat diuntungkan kala mengolah gula mentah impor yang lebih murah.

Keuntungan yang diperoleh pabrik swasta tersebut, menurutnya, tak banyak dirasakan oleh pabrik BUMN dengan beban pekerja yang besar dan kondisi alat produksi yang belum efisien.

"Pabrik swasta ada yang memberlakukan subsidi silang karena sempat untung mengolah gula mentah. Jadi mereka bisa menawar tebu dengan harga yang lebih tinggi," jelasnya.

Persaingan yang tak imbang ini pun disebut Budi membuat pelaku usaha mengusulkan intervensi pemerintah agar pembelian harga tebu petani dapat sesuai dan berjalan adil.

Di sisi lain, Budi mengharapkan agar kajian harga eceran tertinggi (HET) gula dapat segera dicapai demi melindungi harga gula di petani. Adapun, HET gula saat ini ditetapkan sebesar Rp12.500/kg seperti diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 7/2020  tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Petani dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen.

"Sekarang petani sudah mulai melelang gulanya meski tidak banyak. Tetapi ada penurunan harga. Dikhawatirkan penurunan harga akan terus terjadi terutama saat puncak masa giling pada Agustus atau September," paparnya.

Adapun, neraca gula pasir pun diperkirakan bakal surplus sebanyak 1,28 juta ton pada penghujung 2020 dengan produksi dalam negeri sebesar 2,3 juta ton dan importasi sebanyak 612.011 ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper