Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dorong Ekonomi Bangkit dari Covid-19, China Janjikan ‘Ledakan’ Kredit

Bank sentral China bertekad agar aliran kredit ke ekonomi meningkat setidaknya menjadi 30 triliun yuan (US$4,2 triliun) tahun ini.
Kantor pusat People's Bank of China di Beijing/ Bloomber - Qilai Shen
Kantor pusat People's Bank of China di Beijing/ Bloomber - Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA – China terus berupaya mendorong ekonominya bangkit dari kemerosotan akibat pandemi virus Corona (Covid-19).

Untuk itu, bank sentral China bertekad agar aliran kredit ke ekonomi meningkat setidaknya menjadi 30 triliun yuan (US$4,2 triliun) tahun ini.

Menurut perhitungan Bloomberg, jumlah tersebut akan mencatatkan peningkatan sekitar 17 persen dari kredit baru senilai 25,6 triliun yuan pada 2019 yang mencakup penerbitan obligasi pemerintah.

“Dengan demikian, pinjaman bank baru dalam mata uang yuan akan naik menjadi sekitar 20 triliun yuan,” ujar Gubernur People’s Bank of China (PBOC) Yi Gang dalam pidato pada Kamis (18/6/2020). Jumlah tersebut mengalami peningkatan 19 persen dari 2019.

“Pada paruh kedua tahun ini, kami berharap kebijakan moneter tetap memastikan likuiditas yang layak dan cukup. Kita perlu memperhatikan efek samping dari kebijakan-kebijakan, menjaga jumlah total yang sesuai dan mempertimbangkan terlebih dahulu waktu yang tepat untuk keluar dari alat kebijakan,” lanjutnya, dilansir dari Bloomberg.

Ia kemudian menegaskan pernyataan Perdana Menteri Li Keqiang bahwa bank-bank perlu mengorbankan laba sebesar 1,5 triliun yuan tahun ini.

Hal itu, menurut Yi, akan terjadi dalam tiga cara yakni menurunkan suku bunga, menggunakan alat kebijakan moneter untuk secara langsung membiayai ekonomi riil, dan mengurangi biaya bank.

Komentarnya tersebut muncul setelah kabinet China mengisyaratkan bahwa PBOC akan mengambil tindakan untuk membuat lebih banyak likuiditas tersedia bagi bank-bank sehingga mereka dapat memberi pinjaman lebih banyak, termasuk dengan memangkas jumlah uang yang harus mereka simpan sebagai cadangan.

Sementara itu, China akan mengurangi rasio cadangan wajib (reserve requirement ratio) dan menggunakan kebijakannya guna menjaga likuiditas cukup.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper