Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Selandia Baru Alami Resesi Pertama dalam Satu Dekade

Selandia Baru memasuki resesi untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir karena dampak virus corona pada kuartal pertama tahun 2020.
Danau Wakatipu di Queensland, Selandia Baru/Arif Budisusilo-Bisnis
Danau Wakatipu di Queensland, Selandia Baru/Arif Budisusilo-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Selandia Baru memasuki resesi untuk pertama kalinya dalam satu dekade terakhir karena dampak virus corona pada kuartal pertama tahun 2020.

Dilansir dari Bloomberg, Kantor Statistik Selandia Baru melaporkan produk domestik bruto (PDB) terkontraksi 1,6 persen dibandingkan kuartal sebelumnya, lebih rendah dari perkiraan ekonom yang mencapai minus 1 persen. dibandingkan tahun sebelumnya, PDB terkontraksi 0,2 persen, pertama sejak 2009.

Negara ini juga bersiap menghadapi kontraksi lanjutan pada kuartal II/2020 setelah menanggapi pandemi dengan menutup perbatasannya dan memberlakukan lockdown nasional yang ketat hingga pertengahan Mei.

Pemerintah telah menjanjikan dukungan fiskal senilai NZ$62 miliar (US$40 miliar) untuk membantu menghidupkan kembali permintaan domestik dan melindungi lapangan kerja, sementara bank sentral telah memangkas suku bunga dan memulai pelonggaran kuantitatif untuk menurunkan suku bunga.

Dampak dari wabah Covid-19 mulai terasa pada awal Februari dengan larangan perjalanan diberlakukan pada kedatangan dari China, eksportir pun menghadapi kesulitan dalam rantai pasokan mereka.

Sektor pariwisata mulai tertekan ketika langkah-langkah pembatasan ditingkatkan setelah kasus pertama Covid-19 ditemukan pada 28 Februari. Perdana Menteri Jacinda Ardern akhirnya mengambil menutup perbatasan dengan semua orang asing pada 19 Maret.

Pada minggu terakhir kuartal I/2020, pada tanggal 25 Maret, Selandia Baru menerapkan lockdown ketat, yang mengharuskan hampir semua peritel selain supermarket untuk tutup.

Sejumlah ekonom memperkirakan PDB akan terkontraksi hingga 19 persen pada kuartal kedua. Beberapa di antaranya telah mengurangi proyeksi penurunan setelah negara tersebut berhasil mengatasi pandemi dan melonggarkan lockdown lebh awal dari perkiraan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper