Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom BNI: Pertumbuhan Ekonomi Saat Pandemi Covid-19 Bisa Positif, Asal...

Ekonom BNI Ryan Kiryanto mengamini pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang memprediksi produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II/2020 mengalami kontraksi -3,1 persen.
Pekerja melakukan bongkar muat semen kedalam kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (14/2/2020). Pemerintah akan melakukan sosialisasi secara rinci kepada masyarakat Indonesia terkait Omnimbus Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja yang bertujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan sehingga mampu menunjang perekonomian tanah air. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/ama
Pekerja melakukan bongkar muat semen kedalam kapal di Pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Jumat (14/2/2020). Pemerintah akan melakukan sosialisasi secara rinci kepada masyarakat Indonesia terkait Omnimbus Law Rancangan Undang-Undang (RUU) Cipta Kerja yang bertujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan sehingga mampu menunjang perekonomian tanah air. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/ama

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Ekonom Bank BNI Ryan Kiryanto memprediksi perekonomian Indonesia akan mengalami kontraksi atau tumbuh negatif pada kuartal II/2020 akibat kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mengurangi penyebaran wabah Covid-19.

Dia juga mengamini pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang memprediksi produk domestik bruto (PDB) pada kuartal II/2020 mengalami kontraksi -3,1 persen.

"Saya setuju dengan angka yang dikeluarkan bu Sri Mulyani, yaitu kontraksi -3,1 persen. Kita berharap kuartal II/2020 menjadi bottom [dasar] sehingga bisa naik lagi pada periode selanjutnya," ujarnya ketika dikonfirmasi Bisnis, Selasa (16/6/2020).

Meski demikian, dia mengatakan peningkatan tren kurva PDB dapat terjadi dengan beberapa catatan. Pertama, pemerintah harus memastikan proses pendataran kurva (flattening the curve) wabah Covid-19 dapat selesai pada Juni 2020.

Menurutnya, pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk mengurangi jumlah kasus positif virus corona. Jika hal itu tidak terjadi, Ryan khawatir pertumbuhan ekonomi pada kuartal III dan IV akan terganggu.

Dia menambahkan roda ekonomi tidak lantas berputar secara cepat meskipun jumlah kasus positif berkurang. Dia mengibaratkan ekonomi Indonesia saat pandemi seperti orang yang sakit parah dan sedang memasuki masa pemulihan.

"Kondisi sekarang ini diibarkan orang yang baru keluar dari ICU rumah sakit. Memang boleh pulang, tetapi ada catatan dari dokter. Pasien harus kontrol, minum obat, istirahat. Artinya PDB pada kuartal III/2020 tidak bisa langsung normal," ungkapnya.

Ryan memprediksi kapasitas mesin pertumbuhan ekonomi, yaitu konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan investasi langsung pada kuartal III/2020 maksimal mencapai 60 persen. Karena itu, dia meramal perekonomian pada kuartal III/2020 dapat tumbuh 0 persen hingga -1 persen atau masih tetap negatif dengan angka yang lebih kecil dari kuartal II/2020.

Setelah itu, lanjutnya, ekonomi Indonesia akan bangkit menuju kurva positif atau di atas batas 0 persen pada kuartal IV/2020. Dia berharap PDB kuartal IV/2020 dapat tumbuh di atas 3 persen sehingga pertumbuhan ekonomi sepanjang 2020 (full year) bisa mencapai kisaran 0,5-1 persen.

"Saya tegaskan sekali lagi, kuncinya puncak pandemi harus selesai pada Juni. Aktivitas bisnis di DKI Jakarta dan kota-kota besar lain baru bisa optimal," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper