Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Sektor UMKM yang Meroket dan Tertekan Selama Pandemi Covid-19

Pandemi corona membuat beberapa bidang usaha mengalami tekanan atau bahkan meraih cuan, tak terkecuali di sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Pengrajin menyelesaikan pembuatan alas sepatu di Jakarta, Jumat (17/1). Bisnis/Abdullah Azzam
Pengrajin menyelesaikan pembuatan alas sepatu di Jakarta, Jumat (17/1). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Aplikasi pencatatan keuangan, BukuWarung melaporkan pandemi Covid-19 memberikan dampak signifikan terhadap pelaku usaha kecil, mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Berdasarkan riset dari BukuWarung dampak negatif terbesar pandemi Covid-19 paling dirasakan oleh industri UMKM di sektor restoran, olahraga & hobi, dan juga toko bangunan.

Dari data yang dihimpun perusahaan rintisan tersebut, jumlah transaksi di industri restoran anjlok hingga 70 persen dengan pendapatan turun hingga 80 persen.

Tak jauh berbeda, UMKM di bidang olahraga, hobi dan toko bangunan juga merasakan hal sama. Industri olahraga dan hobi bahkan mengalami penurunan hingga 90 persen dari segi pendapatan, sedangkan untuk industri toko bangunan turun sebesar 65 persen.

Namun, di sisi lain dampak yang berbeda justru dirasakan oleh beberapa industri yang justru meraup berkah dari pandemi Covid-19.

Seperti usaha penjula pulsa yang pendapatannya meningkat hingga 1000 persen, usaha kecantikan dan kesehatan yang meningkat 800 persen, logistik yang meningkat hingga 400 persen, dan industri laundri yang naik 300 persen.

“Pandemi telah memaksa masyarakat secara umum berubah dari kebiasaan mereka yang dulu. Penurunan di berbagai sektor harus segera ditindak lanjuti dengan inovasi agar bisnis tetap relevan dengan tatanan kehidupan yang baru,” ujar Abhinay pendiri BukuWarung, seperti dikutip dari siaran persnya, Kamis (11/6/2020).

Dia menambahkan bahwa untuk sektor yang meraup keuntungan dari perubahan kebiasaan ini harus bijak dalam melakukan pengelolaan, jangan sampai bisnis tidak siap menghadapi lonjakan yang terjadi dalam kurun waktu yang singkat.

Sebagai layanan yang sangat peduli dengan UMKM BukuWarung melihat penurunan transaksi di UMKM bisa disikapi dengan sedikit adaptasi. Salah satunya adalah mulai masuk ke ranah digital atau daring (online).

Pebisnis UMKM di bidang makanan misalnya, dia mengatakan sektor ini bisa mulai memikirkan untuk menjual makanan secara daring, baik itu masuk ke dalam sistem aplikasi pengantaran atau menjajakan sendiri melalui akun media sosial.

“Kondisi yang terjadi di industri UMKM sekarang ini, baik penurunan maupun peningkatan jumlah pendapatan perlu disikapi dengan bijak oleh UMKM. Kami selalu berusaha menjadi mitra terbaik UMKM dalam hal pencatatan. Selain pencatatan keuangan dan utang pelanggan kami juga memiliki fitur untuk pengingat melalui SMS,” jelasnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa pihaknya memiliki fitur multi pembukuan yang bisa mengelola catatan banyak bisnis dalam satu akun.

“Fitur yang sangat cocok bagi mereka yang di tengah pandemi ini mencoba peluang di lini bisnis baru sehingga harapannya dengan pemilik usaha mencatatkan usahanya menggunakan aplikasi ini, nantinya akan bisa mengetahui perkembangan usahanya. Apakah naik atau turun,” terangnya.

Menurutnya, saat ini UMKM harus sadar bahwa pemanfaatan teknologi, dimanapun tempatnya sudah tak terelakan lagi. Adopsi tersebut bisa dimulai dengan hal kecil, seperti pencatatan keuangan dan manajemen internal bisnis.

Ketua Umum Asosiasi UMKM Indonesia (Akumindo) Muhammad Ikhsan Ingratubun menuturkan bahwa penurunan yang tajam tentunya berkorelasi dengan kebijakan pemerintah, yaitu pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan normal baru.

“Sebelumnya ekonomi dihentikan untuk fokus kepada kesehatan, tetapi saat ini justru berjalan berbarengan. Normal baru ini mencatatkan peningkatan kasus yang cukup besar dan aktivitas ekonomi masih lemah sehingga kenapa ga sejak awal ini [normal baru diterapkan], ini yang kami sesali juga dari asosiasi,” terangnya.

Ikhsan meyakini bahwa UMKM mampu untuk bangkit kembali, tetapi membutuhkan waktu dan uluran tangan dari pemerintah.

“Secara alamiah bisa bangkit, tetapi butuh waktu hingga 6 bulan untuk bangkit, karena permasalah permodalan, dan insentif saat ini diperlukan untuk bangkit. Secara natural pasti bangkit karena ekonomi mulai berjalan kembali,” jelasnya.

Dia memprediksi pada kuartal IV/2020, khususnya di akhir tahun potensi pemulihan UMKM dapat bertumbuh 70—80 persen, tetapi dia mengatakan bahwa ini juga tergantung dengan iklim usaha yang sehat karena sektor ini berbasis pendapatan harian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Akbar Evandio
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper