Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AstraZeneca dan Gilead Science Merger, Bakal Jadi Kesepakatan Farmasi Terbesar di Dunia

Gilead Sciences menarik banyak minat investor setelah salah satu obat antiviral Gilead, redesivir, telah lolos uji klinis untuk pengobatan pasien Covid-19.
Ilustrasi obat-obatan tablet dan kapsul./REUTERS-Srdjan Zivulovic
Ilustrasi obat-obatan tablet dan kapsul./REUTERS-Srdjan Zivulovic

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan farmasi raksasa asal Inggris, AstraZeneca Plc, dikabarkan berencana melakukan merger dengan perusahaan farmasi asal Amerika Serikat Gilead Sciences Inc.

Seperti diberitakan Bloomberg, Gilead saat ini menarik banyak minat investor setelah salah satu obat antiviral Gilead, redesivir, telah lolos uji klinis untuk pengobatan pasien Covid-19. Adapun, merger antara AstraZeneca dan Gliead akan menjadi proses merger perusahaan farmasi terbesar di dunia.

"AstraZeneca telah melakukan penjajakan awal kepada perusahaan kompetitor yakni Gilead terkait potensi merger," ujar sumber Blommberg, Senin (8/6/2020).

Bloomberg mencatat AstraZeneca saat ini memiliki valuasi sekitar US$140 miliar berdasarkan kapitalisasi pasar dan pengembangan obat penyakit cardiovascular dan kanker.

Berdasarkan data yang dikumpulkan Bloomberg, nilai merger antara AstraZeneca dan Gilead dapat lebih dari US$74 miliar dan masuk dalam rangking 10 besar merger terbesar sepanjang masa.

Selama 12 bulan terakhir, pangsa pasar AstraZeneca telah tumbuh sekitar 41 persen. Sementara itu, pangsa pasar GIlead tumbuh sekitar 19 persen pada periode yang sama.

Seperti diketahui, penggunaan remdisivir telah memiliki izin darurat oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk digunakan pada pasien Covid-19. SVB Leeringk meramalkan penjualan remdisicir akan menyentuh level US$7,7 miliar pada 2022.

Di sisi lain, AstraZeneca saat ini sedang membantu produksi masal vaksin Covid-19 yang saat ini sedang dikembangkan dan oleh University of Oxford. Bloomberg mengabarkan saat ini pengembangan vaksin tersebut akan memasuki uji klinis pada Juni 2020.

Adapun, pemerintah Amerika Serikat telah memberikan dukungan senilai US$1,2 miliar dalam upaya mengamankan pasokan vaksin untuk warga Amerika Serikat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper