Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kalah Sama APD Impor, Produsen: Dukungan Pemerintah Angin-Anginan

Sekretaris Jenderal Gabungan Alat Kesehatan Indonesia (Gakeslab) Randy H. Teguh menilai dalam pengembangan produksi APD, pabrikan dalam negeri sudah semakin baik.
Anggota TNI Korem 074/Warastratama mempraktekan prosedur memakai dan melepas alat pelindung diri (APD) saat pelatihan menggunakan APD di Rumah Sakit Tentara (RST) Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah, Senin (13/42020). Kegiatan pelatihan yang diikuti perwakilan Kodim Soloraya tersebut untuk memberikan pengetahuan cara penggunaan APD dengan benar dalam rangka menyiapkan personil TNI membantu penanganan pemakaman jenazah suspect COVID-19. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Anggota TNI Korem 074/Warastratama mempraktekan prosedur memakai dan melepas alat pelindung diri (APD) saat pelatihan menggunakan APD di Rumah Sakit Tentara (RST) Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah, Senin (13/42020). Kegiatan pelatihan yang diikuti perwakilan Kodim Soloraya tersebut untuk memberikan pengetahuan cara penggunaan APD dengan benar dalam rangka menyiapkan personil TNI membantu penanganan pemakaman jenazah suspect COVID-19. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha

Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah perlu konsisten dalam mendukung pengembangan industri tekstil yang telah melakukan segenap upaya untuk memproduksi alat pelindung diri (APD) di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.

Sekretaris Jenderal Gabungan Alat Kesehatan Indonesia (Gakeslab) Randy H. Teguh menilai dalam pengembangan produksi APD, pabrikan dalam negeri sudah semakin baik. Banyaknya industri TPT yang beralih produksi terbukti cukup membantu memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Namun, lagi-lagi persoalan dukungan pemerintah untuk produk dalam negeri masih tidak konsisten atau angin-anginan. Hal itu terbukti dengan masuknya impor APD seperti yang dikeluhkan industri TPT.

"Kami di alkes juga merasakan hal serupa 10 tahun ini sulit sekali cukup menderita karena impor yang bebas. Sekarang tinggal gini kalau memang boleh impor APD seharusnya ekspor juga sudah tidak dilarang seperti sekarang," katanya, Selasa (19/5/2020).

Menurut Rendy hal itu guna memberikan alternatif dari pembelian dalam negeri yang sudah dirasakan menurun.

Sementara itu, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita memastikan pemerintah tengah membicaran rencana pembukaan keran ekspor tersebut.

Menurutnya, industri farmasi dan alat kesehatan yang saat ini tergolong pada industri dengan permintaan tinggi akan diberikan perhatian utama.

"Di kabinet ini kami sedang bicarakan bagaimana untuk bisa ekspor produksi dalam negeri yang sudah mampu memenuhi karena negara lain sudah banyak yang minta," ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Ikatan Ahli Tekstil Indonesia (IKATSI) Suharno Rusdi mengatakan meski penurunan penjualan APD belum terdata secara angka tetapi banyak produsen sudah mengeluhkan hal tersebut.

Bahkan keluhan ini tak hanya datang dari industri mennegah kecil tetapi juga dari produsen besar seperti Sritex.

"Tadinya kami euforia untuk mengembangkan kelangkaan APD ini tetapi sekarang malah menumpuk di gudang produknya. Dari UKM sampai industri mengeluh produknya tidak diserap pemerintah," katanya,

Rusdi mengemukakan minggu lalu industri memang dikesalkan dengan adanya impor 1 juta APD dari Korea Selatan. APD itu masuk satu paket dengan berbagai hasil belanja pemerintah untuk penanganan Covid-19 termasuk PCR yang total menghabiskan dana US$50 juta.

Menurut Rusdi, angka itu setara dengan Rp1 triliun yang jika difokuskan pada belanja APD dalam negeri akan cukup membantu industri tekstil dan produk tekstik (TPT) yang saat ini sedang susah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper