Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Keran Ekspor Dibuka, Pabrikan APD Ingin Hasil Produksi Terserap

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta mengatakan saat ini banyak sumbangan APD berbahan spundbon non woven.
Ilustrasi alat pelindung diri (APD) penanganan Covid-19./Dok. Istimewa
Ilustrasi alat pelindung diri (APD) penanganan Covid-19./Dok. Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Industri tekstil dan produk tekstil alat pelindung diri (APD) meminta pemerintah segera membuka keran ekspor khususnya untuk alat perlindungan diri atau APD yang saat ini dieluhkan sudah menumpuk di gudang karena tidak diserap pasar dalam negeri.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia (APSyFI), Redma Gita Wirawasta mengatakan saat ini banyak sumbangan APD berbahan spundbon non woven.

Padahal bahan itu umumnya digunakan untuk tisu, pembalut, dan baru digunakan untuk masker untuk alat medisnya.

Pasalnya kapasitas spundbon di dalam negeri hanya 100.000 per tahun dan tidak akan mungkin cukup memenuhi kebutuhan sejuta APD jika diminta wajib menggunakan spundbon.

"Dari sana sebenarnya kami sudah curiga berarti banyak APD yang impor, kami seperti ditipu kemarin diminta sesuai standar WHO sekarang malah tidak diserap. Jadi, kami ingin dibukakan keran ekspornya saja supaya bisa diserap di luar negeri yang juga masih banyak membutuhkan APD," katanya kepada Bisnis, Selasa (19/5/2020).

Menurut Redma, hal itu pun sudah dibicarakan dengan Kementerian Perindustrian untuk selanjutnya diteruskan pada Kementerian Perdagangan yang berwenang memberi izin ekspor. Para pelaku industri TPT pun akan segera menyiapkan pengurusan izin ekspor APD jika sudah dibuka.

Redma menilai secara kualitas dalam uji APD yang dilakukan sejumlah produsen lokal dan disaksikan langsung oleh berbagai Kementerian/Lembaga, terlihat produk spundbon dengan gramasi di bawah 80 persen cukup tipis dan tembus air sehingga mudah robek.

Dengan begitu, jika ingin menggunakan bahan spundbon, maka harus yang memiliki gramasi di atas 100 persen agar seseuai dengan standar WHO, seperti kain woven yang banyak digunakan oleh produsen lokal setelah melalui teknologi coating atau laminasi.

Melihat sejumlah negara seperti Jerman dan Itali menolak APD yang didatangkan dari China, Redma mengaku peluang ekspor APD memiliki peluang sangat besar.

"Pasar utama yang masih banyak membutuhkan tentu Amerika Serikat dan di kawasan Eropa, apalagi dengan harga minyak bumi yang turun saat ini bahan poliester lebih murah sekarang dan stok APD kami melimpah," ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper