Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gimni Perkirakan Produksi Hilir Oleopangan pada 2020 Rendah

Produk hilir oleopangan terdiri dari margarin, shortening, dan minyak goreng. Kendati ada Lebaran, serapannya diyakini menurun pada kuartal ini.
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Gabungan Industri Minyak Nabati (Gimni) meramalkan produksi hilir oleopangan pada tahun ini tidak akan mencapai target yang ditetapkan awal 2020. Adapun, produk hilir oleopangan adalah margarin, shortening, dan minyak goreng.

Direktur Eksekutif Gimni Sahat Sinaga mengatakan pihaknya menargetkan dapat memproduksi 7.08 juta ton produk hilir oleopangan pada tahun ini. Namun demikian, menurutnya, wabah Covid-19 membuat asosiasi mengkoreksi target tersebut sekitar 2-2,5 persen menjadi sekitar 6,9 juta ton.

"3 bulan pertama serapan produk hilir Oleopangan [oleh masyarakat] 584.700 ton per bulan. Proyeksi kami pada April-Juni itu menjadi 306.000 ton, padahal ada Lebaran. [Serapan turun] karena orang jarang ke pasar," katanya kepada Bisnis belum lama ini.

Namun demikian, Sahat menyatakan wabah Covid-19 membuat serapan produk hilir oleopangan oleh pelaku industri meningkat, khususnya pada pabrikan mi instan. Menurutnya, serapan produk hilir oleopangan oleh pabrik mi instan pada kuartal II/2020 naik 14 persen dibandingkan dengan periode yang sama dalam keadaan normal.

Sahat menduga peningkatan tersebut disebabkan oleh perilaku masyarakat pada masa pandemi. Menurutnya, konsumsi min instan meningkat karena konsumsi pribadi dalam bentuk alternatif panganan utama maupun sumbangan.

"Dia [pabrik mi instan] overtime produksinya sekarang. Jadi, yang turun [serapannya] cuma di pasar tradisional, kalau di industri [pengguna] dia lancar saja. Itu menarik," katanya.

Di sisi lain, Sahat sebelumnya menilai produksi minyak goreng curah kemasan sederhana dapat meningkatkan produksi oleopangan nasional. Pasalnya, produksi minyak jelantah di pasar akan berkurang seiring berjalannya produksi minyak goreng curah kemasan sederhana.

Sahat mendata produksi minyak goreng secara curah mencapai 4,2 juta ton pada tahun ini. Adapun, 20 persen dari pasar minyak goreng pasar tradisional tersebut merupakan minyak jelantah.

“Jadi yang dari pabrik itu cuma 3,3 juta ton. Dengan menghilangnya jelantah, berarti produksi naik. Alhasil production cost turun. Maka dari itu, [harga minyak goreng di pasar tradisional diminta] jangan naik. [Kami diminta] cari untung di orang-orang kaya, di ritel modern,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Andi M. Arief
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper