Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengembang Kecil Rentan Kolaps di Tengah Pandemi, Ini Penyebabnya

Para pengembang saat ini mempunyai strategi dan upaya masing-masing agar bisa tetap hidup.
Pekerja beraktivitas di proyek perumahan bersubsidi, di Bogor, Jawa Barat, Senin (4/9)./JIBI-Nurul Hidayat
Pekerja beraktivitas di proyek perumahan bersubsidi, di Bogor, Jawa Barat, Senin (4/9)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Pengembang berskala kecil yang membangun rumah bersubsidi disebut lebih rentan menghadapi krisis akibat wabah seperti yang terjadi saat ini. Nyatanya, strategi penjualan secara daring pun tak bisa seutuhnya dilakukan.

Ketua Umum Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Paulus Totok Lusida mengatakan bahwa yang membuat pengembang kecil sekelas usaha mikro, kecil, dan menengah bakal lebih rentan karena kreditnya di bawah Rp10 miliar dan bergantung pada kuota rumah subsidi pemerintah.

“Kalau kuotanya habis, mereka bakal habis juga. Meskipun sudah dibantu pengembang besar untuk pelatihan dan segala macam, tetap juga sulit. Jadi, tetap perlu ada perhatian khusus dari pemerintah,” ungkapnya melalui konferensi video, Kamis (14/5/2020).

Totok menyebutkan bahwa para pengembang saat ini mempunyai strategi dan upaya masing-masing agar bisa tetap hidup. Mereka sudah mulai membuat beragam inovasi untuk tetap bisa menyerap permintaan dari calon konsumen.

Sekjen Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Eddy Hussy menambahkan bahwa pengembang kecil lebih berisiko pada masa seperti ini. Pasalnya, mereka bergantung pada kuota subsidi dari pemerintah yang diberikan perbankan, sedangkan saat ini perbankan mengetatkan kriteria debiturnya.

“Karena kondisi sekarang ini kriteria bank kan makin ketat, akhirnya bank cukup selektif, penjualan akan terganggu, cashflow juga akan terganggu. Mestinya ada juga relaksasi dalam menghadapi kondisi ini terkait penilaian kriteria,” katanya.

Senada, Ketua Umum Himpunan Pengembang Permukiman dan Perumahan Rakyat (Himperra) Endang Kawidjaja mengatakan bahwa pengembang kecl kesulitan mengandalkan penjualan secara daring seperti yang bisa dilakukan oleh pengembang besar.

“Belum banyak yang pindah [ke jalur daring], mungkin baru sekitar 50 persen yang semi-online,” ungkapnya kepada Bisnis, Jumat (15/5/2020).

Terlebih, pembeli rumah bersubsidi yang berasal dari masyarakat berpenghasilan rendah umumnya kurang familier dengan penggunaan teknologi untuk membeli rumah sehingga mereka akan tetap cenderung memilih untuk bertatap muka langsung agar bisa mendapat penjelasan yang terperinci.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper