Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Malaysia Catat Pertumbuhan Ekonomi Terlemah Sejak 2009

Perekonomian Malaysia masih mampu berekspansi meskipun pada laju paling lambat sejak 2009 di tengah pandemi virus corona yang menghantam industri secara menyeluruh dan pemberlakuan lockdown.
Bendera Malaysia di pusat bisnis Kuala Lumpur,/Bloomberg/Joshua Paul
Bendera Malaysia di pusat bisnis Kuala Lumpur,/Bloomberg/Joshua Paul

Bisnis.com, JAKARTA – Perekonomian Malaysia masih mampu berekspansi meskipun pada laju paling lambat sejak 2009 di tengah pandemi virus corona yang menghantam industri secara menyeluruh dan pemberlakuan lockdown.

Berdasarkan data Bank Sentral Malaysia, produk domestik bruto (PDB) tumbuh 0,7 persen pada kuartal I/2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sebanyak 13 dari 21 ekonom yang disurvei Bloomberg memperkirakan kontraksi, dengan perkiraan berkisar antara -0,2 persen hingga -4,2 persen.

Sementara itu, 6 ekonom lainnya memperkirakan PDB meningkat 1 persen, sedangkan 2 sisanya memperkirakan stagnan. Adapun PDB terkontraksi 2 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin mengatakan pembatasan aktivitas pergerakan yang diberlakukan 18 Maret membuat ekonomi Malaysia tergerus hingga 63 miliar ringgit (US$14,5 miliar) sebelum pelonggaran pada 4 Mei.

Malaysia masih Memberlakukan lockdown "bersyarat" hingga 9 Juni, tetapi sebagian besar aktivitas perekonomian secara bertahap dibuka kembali dengan tunduk pada aturan social distancing.

Pihak berwenang telah bergerak untuk menopang perekonomian, dengan bank sentral memotong suku bunga acuan hingga 100 basis poin selama tiga kali menjadi 2 persen, dan mengurangi persyaratan giro wajib minimum.

Pemerintah telah mengumumkan paket stimulus fiskal yang jumlahnya mencapai 260 miliar ringgit, dengan fokus pada pencegahan PHK dan memastikan perusahaan kecil dapat terus berjalan.

Ketegangan pada ekonomi tampak jelas dalam data Malaysia bulan Maret, dengan tingkat pengangguran melonjak ke level tertinggi dalam satu dasawarsa dan pengeluaran pribadi menyusut untuk pertama kalinya sejak 2013.

Indeks manufaktur, penambangan, dan output listrik menyusut karena banyak pabrik mulai berhenti beroperasi atau beroperasi dengan kapasitas minimal.

Indeks harga konsumen (IHK) turun 0,2 persen pada bulan Maret dibandingkan tahun sebelumnya, penurunan pertama kalinya dalam lebih dari satu tahun terakhir. Angka tersebut masih dalam perkiraan bank sentral yang memproyeksikan IHK rata-rata -1,5 persen hingga 0,5 persen tahun ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper