Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rantai Pasok Global Bergeser Akibat Pandemi, Ekspor Korsel Terganggu

Pandemi Covid-19 diperkirakan memberikan dampak terhadap ekspor Korea Selatan lebih besar dari saat krisis keuangan 12 tahun silam.
Suasana penyemprotan di jalan Kota Pohang, Korea Selatan/Bloomberg -SeongJoon Cho
Suasana penyemprotan di jalan Kota Pohang, Korea Selatan/Bloomberg -SeongJoon Cho

Bisnis.com, JAKARTA – Pandemi Covid-19 diperkirakan memberikan dampak terhadap ekspor Korea Selatan lebih besar dari saat krisis keuangan 12 tahun silam.

Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Korsel Sung Yun-mo yang menyebut dampak pandemi dapat turut mendorong pergeseran utama dalam rantai pasokan global.

“Ini akan lebih sulit daripada 2008 yang ketika itu mengguncang pasar finansial di negara maju. Sekarang ini seluruh dunia menderita tekanan terhadap permintaan,” kata Sung, seperti dikutip Bloomberg.

Sung menambahkan bahwa sektor ekspor akan mengalami tekanan yang lebih dalam dan lebih lama, namun penataan kembali jalur pasokan juga dapat menguntungkan Korsel karena perusahaan global mencari sumber suku cadang yang lebih aman.

Dengan ekspor Korsel dilihat sebagai barometer untuk perdagangan global, komentar Sung menjadi pengingat bahwa ekonomi di seluruh dunia perlu bersiap untuk pukulan perdagangan yang lebih keras dari Covid-19 dan gelombang relokasi pabrik yang akan menghadirkan risiko dan peluang.

Ekspor adalah tulang punggung perekonomian Korea Selatan. Pengiriman ke luar negeri turun paling dalam sejak krisis keuangan, yang mengakibatkan defisit perdagangan pertama sejak 2012. Produk domestik bruto (PDB) Korsel juga menyusut 1,4 persen pada kuaral I/2020 dan diperkirakan memburuk pada kuartal II.

Sebagai tanggapan, pemerintah telah menjanjikan stimulus fiskal yang berupa pengeluaran, pinjaman dan jaminan senilai lebih dari 240 triliun won ($ 197 miliar) untuk menopang perekonomian.

"Ini bukan keputusan yang mudah, tetapi jika industri mati, negara tidak akan memiliki pendapatan, jadi itu adalah pilihan yang harus diambil oleh pemerintah," kata Sung, yang mengakui bahwa langkah peningkatan utang pada akhirnya patut menjadi perhatian.

Presiden Moon Jae-in juga telah meluncurkan kebijakan yang disebut sebagai “Kesepakatan Baru gaya Korsea" yang berpusat pada investasi dalam kecerdasan buatan dan jaringan nirkabel generasi kelima (5G) untuk mendorong pertumbuhan dan pekerjaan begitu pandemi mereda.

Rencana tersebut akan mencakup investasi pada produksi semikonduktor sistem, yang terutama digunakan untuk menghitung dan memproses data, kata Sung. Penjualan semikonduktor sistem naik ke rekor tertinggi pada bulan Maret bahkan ketika pengiriman chip memori turun.

Sung menambahkan bahwa penutupan aktivitas perekonomian yang meluas yang pertama kali diberlakukan oleh China dapat mendorong bisnis untuk mengevaluasi kembali ketergantungan mereka pada China sebagai pemasok.

Korea mungkin tidak mampu menyaingi China dan negara Asia lainnya dalam hal harga yang ditawarkan, tetapi keberhasilan pengendalian virus Corona tanpa perlu menerapkan lockdown terhadap perekonomian telah memperbaharui kepercayaan investor.

"Rantai nilai global yang telah terbentuk seputar efisiensi dan biaya sekarang akan membentuk kembali di sekitar ketahanan dan keandalan," kata Sung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper