Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ternyata Barang-Barang Ini Banyak Dibeli Saat Pandemi Covid-19

Setelah virus corona menyebar, masyarakat berbelanja daring (online) lebih tinggi ketimbang belanja luring (offline).
Pekerja mengangkut barang pesanan konsumen di Warehouse Lazada Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa (12/11/2019)./ANTARA FOTO-Asprilla Dwi Adha
Pekerja mengangkut barang pesanan konsumen di Warehouse Lazada Indonesia, Depok, Jawa Barat, Selasa (12/11/2019)./ANTARA FOTO-Asprilla Dwi Adha

Bisnis.com, JAKARTA — CEO PowerCommerce.Asia Hadi Kuncoro mengungkapkan bahwa pola konsumsi masyarakat pada pekan keenam work from home atau bekerja dari rumah mulai berubah.

Menurutnya, kini masyarakat banyak yang membeli produk furnitur hingga alat-alat kecantikan di dagang-el (e-commerce) untuk mengusir kebosanan di rumah.

"Di fase ini, orang sudah mulai belanja ke kategori lifestyle. Mereka yang enggak bisa ke salon mulai belanja pewarna rambut sendiri dan lain-lain," ujarnya dalam diskusi Smart FM, Sabtu (25/4/2020).

Sementara itu, untuk perlengkapan furnitur, Hadi menerangkan bahwa masyarakat mulai ingin menciptakan kantor mini di rumah untuk membuat suasana kerja menjadi nyaman. Walhasil, barang-barang yang mendukung hal itu pun laris diburu.

Tidak hanya soal furnitur dan alat kecantikan, barang-barang yang berhubungan dengan hobi juga mulai dicari.

Hadi mencontohkan produk-produk yang laris ialah alat-alat penunjang olahraga dalam ruangan, seperti matras. Saat ini, produk-produk tersebut mulai meningkat penjualannya.

Kondisi tersebut berbeda dengan pekan pertama saat kasus positif virus corona ditemukan di Indonesia. Saat itu, orang mengalihkan belanjanya pada vitamin, masker, hingga suplemen lainnya.

Namun, seiring dengan perkembangannya, fluktuasi penjualan produk kesehatan tersebut sudah mulai melandai. "Mungkin orang sudah mulai tahu ritme bagaimana menghadapi virus corona."

Meski demikian, tren penjualan produk-produk kesehatan tetap masih di level lebih tinggi ketimbang sebelum virus corona menyerang.

Hadi menuturkan bahwa pola konsumsi masyarakat ini mengubah kondisi secara keseluruhan terhadap penjualan digital.

Setelah virus corona menyebar, Hadi melihat tren masyarakat berbelanja daring (online) lebih tinggi ketimbang belanja luring (offline).

Bila semula tren belanja daring hanya bertumbuh 7 persen hingga 8 persen per tahun, kini Hadi memproyeksikan situasi corona akan mendorong pertumbuhannya menjadi dua digit. "Bahkan, setelah corona berakhir, pertumbuhan pasar digital tidak mungkin kembali lagi ke 7 persen hingga 8 persen," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Zufrizal
Sumber : Tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper