Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja BUMN Energi Berpotensi Memerah Tahun Ini

Sebetulnya dengan situasi harga minyak dan Gas turun maka Biaya Pokok Produsi (BPP) Pertamina dan PGN akan menurun sehingga seharusnya harga BBM dan gas pun menurun.
Api menguar dari pipa di kilang minyak di Kalimantan, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian
Api menguar dari pipa di kilang minyak di Kalimantan, Indonesia./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA – Sama seperti sektor lainnya, pandemi virus corona (Covid-19) juga berdampak pada kinerja perusahaan pelat merah sektor energi yakni PT Pertamina, PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk, dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Ketiga BUMN ini mengalami penurunan penjualan dimana untuk Pertamina hingga April 2020 secara nasional penurunan permintaan bahan bakar minyak (BBM) sebesar 34,6 persen dibandingkan dengan rata-rata penjualan pada Januari dan Februari 2020.

Lalu, PLN juga mencatatkan penurunan konsumsi listrik di sejumlah wilayah karena tak beroperasi secara maksimal sektor bisnis dan industri salah satunya di sistem Jawa-Bali yang menurun 9,55 persen.

Adapun per kuartal I, realisasi penjualan listrik secara nasional mencapai 4,61 persen yang terdiri dari sektor bisnis hanya tumbuh sebesar 4,07 persen, industri hanya tumbuh 0,13 persen, dan rumah tangga tumbuh 7,54 persen.

Selain itu, penurunan permintaan juga terjadi di PGN dimana permintaan gas sektor industri akan berkurang sebesar 15 persen pada kuartal II/2020.

Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) Iwa Garniwa Mulyana mengatakan selama pandemi sulit melakukan langkah-langkah strategis karena sifatnya bertahan.

Sebetulnya dengan situasi harga minyak dan Gas turun maka Biaya Pokok Produsi (BPP) Pertamina dan PGN akan menurun sehingga seharusnya harga BBM dan gas pun menurun.

"Dengan menurunnya harga Mugas maka dampaknya terhadap BPP PLN pun akan menurun, diharapkan situasi ini akan mengurangi kerugian baik Pertamina, PGN maupun PLN," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (16/4/2020).

Menurutnya, peran pemerintah diperlukan untuk mengatur harga yang optimal untuk ketiga BUMN ini. Dia berharap pemerintah dapat menghentikan terlebih dahulu anggaran pembangunan infrastruktur lainnya termasuk anggaran pembangunan Ibu Kota baru.

"Dipindahkan dulu untuk menjaga kesehatan ketiga perusahaan itu," katanya.

Iwa menilai perlu direncanakan dengan cermat kebutuhan energi ke depan melihat pola dan ritme kerja akan berubah setelah pandemi ini berakhir baik dalam maupun luar negeri dan akan berdampak pada kebutuhan energi.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan ketiga BUMN energi tersebut terkena dampak dari adanya penurunan aktivitas ekonomi yang menyebabkan penurunan konsumsi energi.

"Penurunan konsumsi listrik dan potensi penurunan pertumbuhan listrik tahun ini dan tahun depan, penurunan konsumsi BBM dan penurunan produksi minyak bagi Pertamina, serta penurunan konsumsi gas untuk listrik dan industri untuk PGN," ujarnya.

Dengan adanya perlambatan konsumsi energi, tentu akan berdampak pada penerimaan ketiga BUMN ini berkurang. Keuangan ketiga BUMN ini mengalami penurunan dan berpotensi memburuk.

Selain penerimaan dari penjualan listrik, BBM dan gas, ada kenaikan biaya akibat pelemahan nilai rupiah.

"Dampak hingga akhir tahun tergantung pada seberapa lama penurunan konsumsi ini terjadi dan sedikit banyak ini tergantung pada pemulihan ekonomi paska pandemi Covid-19," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper