Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lifting Migas Kuartal I/2020 Capai 90 Persen

Kendati di bawah target APBN, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memberikan apresiasi, karena capaian ini lebih tinggi dari target teknis yang disetujui dalam pembahasan Work, Program and Budget (WP&B) 2020.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto (ketiga kanan) didampingi jajaran pejabat SKK Migas menyampaikan keterangan pers capaian kinerja hulu migas 2018 dan target 2019 di Jakarta, Rabu (16/1/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto (ketiga kanan) didampingi jajaran pejabat SKK Migas menyampaikan keterangan pers capaian kinerja hulu migas 2018 dan target 2019 di Jakarta, Rabu (16/1/2019)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan produksi siap jual (lifting) migas pada kuartal I/2020 sebesar 90,4 persen dari target APBN sebesar 1,946 juta barel setara minyak per hari.

Kendati di bawah target APBN, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto memberikan apresiasi, karena capaian ini lebih tinggi dari target teknis yang disetujui dalam pembahasan Work, Program and Budget (WP&B) 2020.

Sepanjang kuartal I/2020, rata-rata lifting minyak bumi sebesar 701.600 barel per hari (bph). Angka ini sekitar 92,9 persen dari target APBN sebesar 755.000 bph.

Untuk gas bumi, liftingnya sebesar 5.866 juta standar kaki kubik per hari (mmscfd) atau 87,9 persen dari target APBN sebesar 6.670 mmscfd.

Secara kumulatif, lifting migas sebesar 1,749 juta barel setara minyak per hari atau sekitar 90,4 persen dari target APBN sebesar 1,946 juta barel setara minyak per hari.

“Ke depan, lifting migas akan semakin tertekan diakibat Covid-19 dan rendahnya harga minyak,” kata Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto ketika memaparkan kinerja SKK Migas Kuartal 1 tahun 2020, di Jakarta, Kamis (16/4).

Rendahnya harga minyak sejak Februari 2020 yang kemudian dibarengi oleh penyebaran virus Covid-19 mulai mempengaruhi kegiatan hulu migas, baik di operasional, pelaksanaan proyek maupun penyerapan gas.

Mengantisipasi penyebaran Covid-19 juga membuat transportasi material dan inspeksi kinerja peralatan/fasilitas lebih lama, produktivitas engineering dan konstruksi menjadi lebih rendah karena pergerakan tenaga kerja yang terbatas.

Dengan mempertimbangkan dampak Covid-19 dan pelemahan harga minyak dunia, Dwi mengaku sudah melakukan koordinasi dengan KKKS terkait review WP&B 2020.

Dengan kondisi ini, SKK Migas dan Kontraktor KKS memperkirakan rata-rata produksi minyak pada tahun 2020 sebesar 725.000 bph dan gas bumi sebesar 5.727 mmscfd.

“Outlook gross revenue juga turun dari US$32 miliar menjadi US$19 miliar,” kata Dwi.

Penurunan gross revenue ini akibat kondisi harga minyak dan kebijakan perubahan paradigma bahwa sektor migas bukan lagi sebagai sumber pendapatan negara tetapi lebih sebagai penggerak ekonomi.

“Hulu migas tidak lagi hanya berperan sebagai sumber penerimaan negara, namun telah menjadi penggerak ekonomi nasional dengan multiplayer effect diberbagai bidang seperti ekonomi, lapangan kerja, TKDN dan lainnya. Dengan terus bergeraknya industri hulu migas maka dapat menjadi urat nadi perekonomian nasional ditengah perlambatan aktivitas ekonomi”, kata Dwi Soetjipto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper